hukum nun sukun

Hukum Nun Sukun dan Tanwin Beserta Contohnya

hukum nun sukun

Hukum nun mati dan tanwin beserta contoh sebenarnya sudah dibahas pada artikel-artikel sebelumnya, hanya saja tidak secara spesifik membahas hukum nun sukun. Namun, pembahasannya masuk pada pembahasan istilah-istilah hukum tajwid, seperti; idzhar, idgham dan ikhfa’.

Sementara pada artikel ini, akan kami khususkan pada pembahasan hukum nun sukun. Sehingga menjadi sebuah rangkuman dari artikel-artikel hukum nun sukun yang tersebar di beberapa artikel yang sudah kami tulis.

Pembagian Hukum Nun Sukun

Hukum nun sukun dan tanwin terbagi menjadi 5 hukum:

1.Idhzar halqi

2. Idgham bi ghunnah

3. Idgham bila ghunnah

4. Iqlab

5. Ikhfa’ haqiqi

Berikut adalah pembahasan dari masing-masing hukum nun mati dan tanwin beserta contoh:

HUKUM NUN SUKUN DAN TANWIN

IDZHAR HALQI

Pengertian Idzhar Halqi

Idzhar artinya jelas, sedangkan halqi berarti tenggorokan, maksudnya adalah huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan.

Huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan dibagi menjadi 3 bagian:

Hamzah (ء) dan Ha’ (هـ) – keluar dari pangkal tenggorokan

Ha’ (ح) dan Ain (ع) – keluar dari tengah tenggorokan

Kha’ (خ) dan Ghain (غ) – keluar dari ujung tenggorokan

Sedangkan definisi idzhar halqi secara istilah adalah “nun sukun atau tanwin dibaca jelas tanpa tambahan ghunnah [dengung], jika nun sukun atau tanwin bertemu salah satu dari huruf tenggorokan, yaitu (ء, هـ, ح, ع, خ, غ)”.  

Atau dalam istilah lain, idzhar halqi adalah apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf tenggorokan, maka nun sukun atau tanwin dibaca jelas.

Catatan:

Bertemunya nun sukun dengan huruf halqi [tenggorokan] bisa di satu kata atau di lain kata.

Sedangkan tanwin yang bertemu dengan huruf tenggorokan sudah pasti di lain kata, karena tanwin selalu terletak di akhir suatu kata.

Sebab idzhar halqi dibaca jelas

Yang menjadi sebab nun sukun atau tanwin dibaca jelas adalah; karena jauhnya jarak antara makhraj huruf nun dengan makhraj huruf halqi.

Makhraj huruf nun ada di ujung lidah dengan langi-langit depan, sedangkan makhraj huruf halqi ada di tenggorokan, sehingga tidak memungkinkan dibaca idgham, ikhfa’ atau iqlab karena tidak ada sebab dibaca dengan bacaan tersebut.

Dengan demikian, tidak ada pilihan lain kecuali kembali ke asal, yaitu dengan dibaca jelas [idzhar].

Contoh idzhar halqi:

Agar semakin jelas dalam memahami konsep hukum nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf halqi, berikut kami berikan contoh bertemunya nun sukun atau tanwin dengan huruf halqi.

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Hamzah

hukun nun mati

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ha’

nun sukun

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ha’

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Kha’

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ain

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ghain

HUKUM NUN SUKUN KEDUA

IDGHAM BIGHUNNAH

Pengertian Idgham Bighunnah

Idgham secara bahasa berarti memasukkan. Yaitu memasukkan atau meleburkan huruf sukun ke huruf berikutnya. Bi artinya dengan atau disertai. Sedangkan Ghunnah adalah suara sengau yang keluar dari rongga hidung (khaisyum).

Jadi, idgham bi ghunnah adalah meleburnya nun sukun atau tanwin ke huruf berikutnya, disertai ghunnah (suara sengau) dan ditahan sekitar 2 harakat, apabila setelah nun sukun atau tanwin ada salah satu huruf berikut, yaitu; ya’, nun, mim atau wau. Dibaca yanmu (يَنْمُوْ), agar lebih mudah untuk diingat.

Sebab Idgham Bighunnah

Nun sukun atau tanwin dilebur ke ya’ sebab ada banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, istifal dan infitah.

Ada juga yang menambahkan, karena ya’ memiliki sifat lin dan itu memiliki kemiripan dengan ghunnah (sifat nun) yang keduanya keluar dari rongga.

Nun sukun atau tanwin dilebur ke nun sebab adanya kesamaan huruf (at-tamaatsul)

Nun sukun atau tanwin dilebur ke mim sebab adanya banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, tawassuth, istifal, infitah, dan ghunnah.

Nun sukun atau tanwin dilebur ke wau sebab adanya banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, istifal dan infitah.

Ada juga yang menambahkan, karena wau memiliki sifat lin dan itu memiliki kemiripan dengan ghunnah (sifat nun) yang keduanya keluar dari rongga.

Cara Membaca Idgham Bighunnah

Nun sukun atau tanwin dilebur ke huruf berikutnya dengan ditahan sekitar 2 harakat dan disertai ghunnah (suara sengau yang keluar dari hidung).

Contoh Idgham Bighunnah

Agar pembahasan hukum nun sukun dan tanwin beserta contoh dapat difahami dengan baik, terutama pada pembahasan idgham bighunnah, maka akan kami lengkapi dengan contoh bacaan.

Berikut contoh bacaan idgham bighunnah:

Nun sukun atau tanwin bertemu ya’

hukun nun mati dan sukun beserta contoh

Nun sukun atau tanwin bertemu nun

Nun sukun atau tanwin bertemu mim

hukum nun sukun

Nun sukun atau tanwin bertemu wau

HUKUM NUN SUKUN KETIGA

IDGHAM BILA GHUNNAH

Pengertian Idgham Bila Ghunnah

Idgham secara bahasa berarti memasukkan.

Yaitu memasukkan huruf sukun ke huruf berikutnya. Bila artinya tanpa disertai.

Sedangkan Ghunnah adalah suara sengau yang keluar dari rongga hidung (khaisyum).

Jadi, idgham bila ghunnah adalah meleburnya nun sukun atau tanwin ke huruf berikutnya, tanpa disertai ghunnah dan tanpa ditahan, apabila setelah nun sukun atau tanwin, ada salah satu dari huruf lam atau ra’.

Sebab Idgham Bila Ghunnah

Nun sukun atau tanwin dilebur ke lam sebab dekatnya makhraj nun dengan makhraj lam (at-taqaarub).

Nun sukun atau tanwin dilebur ke ra’ sebab dekatnya makhraj nun dengan makhraj ra’ (at-taqaarub).

Cara Membaca Idgham Bila Ghunnah

Nun sukun atau tanwin dilebur ke huruf berikutnya [huruf berikutnya dibaca tasydid] tanpa ditahan dan tanpa disertai ghunnah.

Contoh Idgham Bila Ghunnah

Berikut ini adalah contoh bacaan idgham bila ghunnah.

Nun sukun atau tanwin bertemu lam

hukum nun mati dan sukun beserta contoh

Nun sukun atau tanwin bertemu ra’

hukun nun mati

HUKUM NUN SUKUN KEEMPAT

IQLAB

Pengertian Iqlab

Iqlab secara bahasa artinya mengganti atau mengubah.

Sedangkan menurut istilah tajwid, iqlab adalah “mengganti nun sukun atau tanwin dengan mim sukun dan membacanya dengan diikhfa’kan serta ditahan sekitar dua harakat disertai ghunnah, ketika nun sukun atau tanwin bertemu ba’ ”.

Nun sukun bertemu ba’ (iqlab) bisa terjadi di satu kata atau di lain kata, sedangkan tanwin bertemu ba’, sudah bida dipastikan di lain kata, karena tanwin selalu terletak di akhir setiap kata.

Cara Membaca Iqlab

Setidaknya ada tiga langkah ketika membaca nun sukun atau tanwin bertemu ba’ (iqlab):

1. Nun sukun atau tanwin diubah menjadi mim sukun terlebih dahulu

2. Membaca mim sukun dengan samar (ikhfa’ syafawi), dengan cara bibir atas menyentuh bibir bawah tanpa ditekan.

3. Ditahan sekitar 2 harakat disertai ghunnah (dengung)

Contoh Iqlab Pada Hukum Nun Mati

Contoh bacaan nun sukun bertemu ba’ (iqlab) ditandai dengan mim kecil di atas nun. Berikut contoh bacaan iqlab:

Nun sukun atau tanwin bertemu ba’ di lain kata

Nun sukun bertemu ba’ di satu kata

HUKUM NUN SUKUN KELIMA

IKHFA’ HAQIQI

Pengertian Ikhfa’ Haqiqi

Secara bahasa ikhfa berarti menutup atau menyembunyikan.

Sedangkan secara istilah, ikhfa adalah “mengucapkan huruf sukun antara idzhar dan idgham, tanpa tasydid pada huruf kedua dan tidak menghilangkan ghunnah pada huruf pertama (nun sukun atau tanwin) ”.

Yang dimaksud “antara idzhar dan idgham” adalah;

Jika idzhar, posisi ujung lidah menekan langit-langit depan (makhraj nun) dan jika idgham, makhraj nun hilang dan lansung ke makhraj huruf berikutnya

Sedangkan posisi ujung lidah saat ikhfa tidak menekan langit-langit depan.

Ini lah yang dimaksud dengan “antara idzhar dan idgham”. Tidak masuk idzhar karena ujung lidah tidak menekan langit-langit depan dan tidak masuk idgham karena makhrajnya tidak lebur ke huruf berikutnya.

Dengan demikian, pengertian ikhfa’ haqiqi adalah membaca nun sukun atau tanwin dengan samar (antara idzhar dan idgham) dan disertai ghunnah, jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu 15 huruf ikhfa’.

Huruf Ikhfa’ Haqiqi

Huruf ikhfa haqiqi adalah huruf yan tidak termasuk huruf idzhar, idgham (bi ghunnah dan bila ghunnah) maupun iqlab.

Semua huruf ikhfa’ berjumlah 15 huruf. Berikut huruf-huruf ikhfa’ haqiqi:

ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك

Jika ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf tersebut di atas, maka dibaca ikhfa’ haqiqi. Baik bertemunya di satu kata atau pun di lain kata.

Sebab Dinamakan Ikhfa’ Haqiqi dalam Hukum Nun Sukun

Dinamakan ikhfa karena nun sukun atau tanwin dibaca samar jika bertemu dengan salah satu dari 15 huruf di atas.

Dan sebab dinamakan haqiqi menurut penulis Kitab hidayatul qari adalah karena mutahaqqaq (terjadi)-nya ikhfa’ pada nun sukun atau tanwin lebih banyak di banding dengan selain nun sukun atau tanwin.

Ada juga yang mengatakan bahwa sebab dinamakan haqiqi karena hilangnya hakikat asli huruf nun ketika ikhfa dan yang tersisa hanya ghunnah-nya saja. (kitab taisirur rahman fi tajwidil quran)

Contoh Ikhfa’ Haqiqi

Perlu pembaca ketahui bahwa mushaf yang kami gunakan untuk menampilkan contoh bacaan adalah mushaf rasm Utsmani standar Madinah yang tentu memiliki beberapa perbedaan tanda baca dengan mushaf standar Indonesia.

Jika standar Madinah, nun sukun yang dibaca ikhfa’ tidak diberi tanda sukun. Berikut adalah contoh-contoh bacaan ikhfa haqiqi, baik di satu kata maupun di dua kata:

hukun nun mati dan tanwin beserta contoh

Baca Juga: Mad Badal dan sebab dinamakan mad badal

qalqalah

Qalqalah [Pengertian, Huruf dan Sebab Qalqalah]

qalqalah

Qalqalah – merupakan bagian dari sifat huruf yang tidak mempunyai lawan. Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel tentang “sifat huruf” bahwa sifat huruf terbagi menjadi dua; pertama; sifat huruf yang memiliki lawan dan kedua; sifat huruf yang tidak mempunyai lawan. Dan qalqalah termasuk kategori sifat yang kedua.

Silakan baca: Sifat Huruf Hijaiyah; Hal yang Harus Dikuasai Pembaca Alquran [2]

Pengertian Qalqalah

Secara bahasa qalqalah berarti gerakan atau pantulan.

Sedangkan pengertian qalqalah menurut istilah tajwid adalah “munculnya pantulan suara ketika mengucapkan huruf saat sukun”.

Huruf Qalqalah:

Huruf qalqalah ada lima huruf, yaitu; qaf, tha, ba’ jim dan dal yang tersusun dalam kalimat

قُطْبُ جَدٍ

sebagaimana yang disebutkan oleh imam al-Jazari dalam nadhamnya:

صَفِيرُهَا صَادٌ وَزَاىٌ سِينُ … قَلْقَلَةٌ قُطْبُ جَدٍ وَاللِّينُ

Sifat shafir (terdapat pada) shad, zai dan sin

sifat qalqalah (hurufnya tersusun dalam) quthbu jadin (qaf, tha’, ba’, jim dan dal)

Sebab Qalqalah:

Sebab qalqalah adalah karena terkumpulnya dua sifat pada suatu huruf.

Yaitu, sifat syiddah (tertahannya suara) dan sifat jahr (tertahannya nafas) pada huruf qalqalah, sehingga terdapat kesulitan dalam pengucapan huruf tersebut saat sukun.

Oleh sebab itu, huruf-huruf tersebut dibaca dengan memantul ketika sukun agar kesulitan tersebut teratasi.

Cara Membaca Qalqalah:

Qalqalah (memantul) terjadi pada huruf yang memiliki sifat syiddah dan jahr pada saat sukun.

Pada dasarnya, huruf yang dibaca sukun itu menempel pada makhrajnya (bukan menjauh).

Misal: sukun pada huruf mim, maka bibir atas dan bibir bawah menempel.

Namun, pada huruf qalqalah, setelah menempel pada makhrajnya ketika dibaca sukun, kemudian menjauh dari makhrajnya tanpa membuka rahang (jika membuka rahang akan menjadi harakat fathah),

atau tanpa menurunkan rahang bawah sedikit (jika menurunkan rahang bawah akan menjadi harakat kasrah),

atau tanpa memonyongkan mulut (jika memonyongkan mulut akan menjadi harakat dhammah).

Catatan:

Agar lebih jelas, sebaiknya belajar langsung pada guru yang bagus bacaan Alquran-nya, agar tidak salah dalam membacanya.

Pembagian Qalqalah:

Para Ulama tajwid berbeda pendapat tentang pembagian qalqalah.

Ada yang membaginya menjadi 3 bagian. Ada juga yang membaginya menjadi 2 bagian saja.

Pendapat Pertama

Qalqalah dibagi menjadi 3 bagian:

1. Qalqalah shagiira/shugra; yaitu apabila ada huruf qalqalah yang dibaca sukun di tengah bacaan.

Contoh:

qalqalah

2. Qalqalah kabiirah/kubra; yaitu apabila ada huruf qalqalah yang dibaca sukun di akhir bacaan (waqaf).

Contoh:

qalqalah

3. Qalqalah akbar; yaitu apabila ada huruf qalqalah yang bertasydid dan dibaca sukun sebab waqaf.

Contoh:

qalqalah

Catatan:

Ada pula yang membaginya dengan; sughra, wustha dan kubra.

Pendapat Kedua

Qalqalah dibagi menjadi 2 bagian:

1. Qalqalah shagiira/shugra; yaitu apabila ada huruf qalqalah yang dibaca sukun di tengah bacaan.

Contoh:

2. Qalqalah kabiirah/kubra; yaitu apabila ada huruf qalqalah dibaca sukun di akhir bacaan (waqaf), baik huruf tersebut bertasydid maupun tidak.

Contoh:

Catatan:

Yang termasuk berpendapat dengan pendapat yang kedua adalah Dr. Aiman Rusydi Suwaid.

Beliau beralasan bahwa huruf qalqalah yang bertasydid ketika waqaf, maka yang dipantulkan hanya satu huruf saja; yaitu huruf yang kedua. Sehingga tidak ada bedanya dengan waqaf pada huruf yang tidak bertasydid.

Itulah sebabnya beliau tidak membedakan antara qalqalah kubra dengan qalqalah akbar, sehingga pembagian qalqalah hanya dua saja dalam pandangan beliau.

Apakah Qalqalah termasuk sifat lazimah atau ‘aridlah?

Setidaknya ada 3 pendapat berkaitan dengan; apakah qalqalah termasuk sifat lazimah (melekat pada huruf dan tidak terpisahkan) atau sifat a’ridlah (kadang muncul dan kadang tidak muncul).

Pendapat Pertama

Qalqalah termasuk sifat lazimah, baik saat sukun maupun ketika berharakat, hanya saja pada saat berharakat, sifat qalqalah tidak tampak.

Alasan pendapat pertama:

a. Para ulama ketika membahas sifat qalqalah, masuk ke dalam pembahasan sifat lazimah, seperti shafir, liin, inhiraf, dan lain sebagainya. Seperti yang terdapat dalam nadham imam al-Jazari saat menyebutkan sifat lazimah yang tidak memiliki lawan.

Selain itu, beliau juga tidak secara jelas menyebutkan bahwa qalqalah harus sukun.

صَفِيرُهَا صَادٌ وَزَاىٌ سِينُ … قَلْقَلَةٌ قُطْبُ جَدٍّ وَاللِّينُ

وَاوٌ وَيَاءٌ سَكَنَا وَانْفَتَحَا … قَبْلَهُماَ وَالاِنْحِرَافُ صُحَّحَا

Sifat shafir (terdapat pada) shad, zai dan sinqalqalah (hurufnya) quthbu jadin dan liin

(Yaitu) wau dan ya sukun yang fathah …. sebelumnya (wau dan ya’ sukun yang didahului fathah)

Pada nadham ini, imam al-Jazari tidak secara spesifik menyebut bahwa qalqalah harus sukun seperti ketika beliau menyebutkan sifat liin yang secara jelas beliau mengatakan; wau dan ya’ sukun yang didahului fathah.

Jika qalqalah hanya ada pada sukun, tentu beliau akan menyebutkan dalam nadham-nya tersebut, sama seperti ketika menjelaskan sifat liin, dan itu tentu mudah bagi beliau.

b. Berdasarkan nadhamnya imam al-Jazari yang berbunyi:

وَبَيِّنَنْ مُقَلْقَلاً إِنْ سَكَنَا … وَإِنْ يَكُنْ فِي الْوَقْفِ كَانَ أَبْيَنَا

Dan perjelas qalqalah apabila sukun  …  dan saat waqaf, qalqalah lebih jelas lagi

Pada nadhamnya ini menunjukkan bahwa saat harakat pun ada qalqalahnya, hanya saja tidak jelas, kemudian saat sukun, qalqalah diperjelas dan apabila waqaf, qalqalah lebih jelas.

Pendapat Kedua

Qalqalah termasuk sifat lazimah. Namun, hanya pada huruf sukun saja dan tidak terdapat pada huruf yang berharakat.

Mereka berpandangan bahwa meskipun lazimah, tidak harus ada pada huruf berharakat karena sifat lazimah termasuk sifat yang tidak memiliki lawan, yang mana jika tidak ada sifat tersebut, akan beralih ke sifat lawannya.

Alasan pendapat kedua hampir sama dengan pendapat pertama, mereka juga menggunakan nadham imam al-jazari sebagai dasar pendapat mereka.

a. Pembahasan sifat qalqalah, masuk ke dalam pembahasan sifat lazimah, seperti shafir, liin, inhiraf, dan lain sebagainya.

b. Yang melandasi pendapat kedua bahwa qalqalah hanya ada pada sukun saja adalah nadham imam al-Jazari:

وَبَيِّنَنْ مُقَلْقَلاً إِنْ سَكَنَا … وَإِنْ يَكُنْ فِي الْوَقْفِ كَانَ أَبْيَنَا

Dan perjelas qalqalah apabila sukun  …  dan saat waqaf, qalqalah lebih jelas lagi

Berdasarkan nadham ini, qalqalah hanya ada pada sukun saja, dan tidak ada saat berharakat.

Pendapat Ketiga

Qalqalah termasuk sifat aridlah (kadang muncul, kadang juga tidak muncul).

Karena qalqalah muncul saat sukun dan tidak muncul saat berharakat.

Yang menjadi alasan pendapat yang ketiga adalah, karena qalqalah hanya muncul saat sukun saja dan tidak ada saat berharakat, maka itu merupakan ciri dari sifat aridlah dan bukan sifat lazimah.

Karena kalau qalqalah itu termasuk sifat lazimah, harusnya ada dalam kondisi apapun, baik sukun maupun berharakat.

Yang termasuk berpendapat dengan pendapat ketiga ini adalah Dr. Aiman Rusydi Suwaid saat beliau menjelaskan tentang sifat qalqalah dalam salah ceramah atau seminar beliau.

Kesimpulan

Qalqalah adalah memantulkan suara ketika mengucapkan huruf saat sukun.

Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang qalqalah tersebut (apakah termasuk sifat lazimah atau aridlah?), semuanya sepakat bahwa saat sukun (baik itu sukun asli, maupun sukun yang muncul sebab waqaf), huruf qalqalah harus dipantulkan atau dibaca memantul.

Dan tidak ada satu pun yang berpendapat bahwa qalqalah boleh tidak dipantulkan saat sukun.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang sifat qalqalah, yang kami kutip dan ambil dari berbagai sumber.

Semoga dapat menambah wawasan baru tentang ilmu Tajwid bagi para pembaca sekalian, khususnya berkaitan dengan sifat qalqalah. wallahu a’lam bis shawab. [Wildan, Lc]

Baca juga: Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal [Pengertian dan Hukum Bacaannya]

Mad Badal [Definisi dan Sebab Penamaan Badal]

Mad Badal merupakan bagian ketiga dari mad far’i. Mad Badal adalah mad yang muncul disebabkan karena hamzah. Oleh karena itu, tergolong ke dalam mad far’i. Selain itu, panjangnya mad badal ada yang membacanya melebihi mad thabi’i, yaitu 4 atau 6 harakat, sehingga tidak kategorikan sebagai mad thabi’i. Berikut penjelasan lengkapnya.

Pengertian Mad Badal

Secara Bahasa: Mad berarti panjang.

Sedangkan badal artinya “ganti”, yaitu mengganti hamzah sukun menjadi mad.

Pengertian mad badal menurut ilmu tajwid adalah “Hamzah yang dibaca panjang pada suatu kata, karena setelahnya ada huruf mad dan setelah mad tidak ada hamzah atau sukun”.

Contoh:

mad badal

Keterangan:

Yang diberi warna merah adalah mad alif, ya’ dan wau, sedangkan yang diberi warna hijau adalah hamzah. Hamzah dibaca panjang karena setelahnya ada huruf mad.

Sebab Penamaan Mad Badal

Dalam kaidah ilmu sharaf, ada kaidah yang disebut dengan kaidah Badal, yaitu:

Apabila ada dua hamzah di awal kata (hamzah yang pertama berharakat dan kedua sukun), maka hamzah kedua [hamzah yang sukun] diubah menjadi huruf mad yang sesuai dengan harakat hamzah yang pertama untuk meringankan bacaan. Dinamakan badal, karena secara umum hamzah yang dibaca panjang berasal dari hamzah sukun yang diganti menjadi mad.

mad badal

Catatan:

Tidak semua mad badal berasal dari hamzah sukun yang diubah menjadi mad.

Ada juga hamzah yang dibaca panjang memang asli dari suatu kata. Misal pada kata-kata berikut:

Meskipun demikian, setiap hamzah yang dibaca panjang tetap disebut sebagai mad badal, walaupun tidak berawal dari hamzah sukun yang diubah menjadi mad. Karena secara umum, hamzah yang dibaca panjang, berasal dari hamzah sukun yang diubah menjadi mad.

Panjang Mad Badal

Hukum bacaan panjang pada mad badal adalah:

Mad Badal boleh dibaca panjang 2, 4 atau 6 harakat.

Dan dibaca panjang 2 harakat menurut bacaan hampir seluruh ulama qurra’ termasuk riwayat Hafsh dari imam Ashim.

Sedangkan dibaca panjang 2, 4 atau 6 harakat hanya menurut riwayat Warsy dari imam Nafi’.

Sebab Tidak Dikategorikan Sebagai Mad Thabi’i

Meskipun mad badal dibaca panjang 2 (dua) harakat seperti mad thabi’i, tetapi mad ini tidak dimasukkan ke dalam kelompok mad thabi’i karena:

1. Adanya hamzah sebelum mad.

2. Secara umum bacaan mad pada mad badal tidak asli. Namun, perubahan dari hamzah sukun ke huruf mad.

3. Para Ulama berbeda tentang panjang bacaan mad badal, meskipun hampir semua ulama membacanya dengan panjang dua harakat, kecuali riwayat Warsy dari imam Nafi’ yang dibaca panjang 2, 4 atau 6 harakat.

Keadaan Mad Badal

Kondisi-kondisi atau keadaan mad badal dari segi muncul atau tidaknya ketika washal atau waqaf:

1. Mad badal saat washal maupun waqaf; contoh:

mad badal

2. Mad badal saat washal, tetapi tidak ada saat waqaf. Contoh: Apabila berhenti pada kata berikut:

mad badal

Pada saat washal, mad badal ada. Tetapi saat waqaf, mad badal tidak ada dan berubah menjadi mad aridl lissukun yang dibaca panjang 2, 4 atau 6 harakat.

3. Mad badal saat waqaf, tetapi tidak ada saat washal; yaitu pada contoh:

Saat washal disebut sebagai mad jaiz munfashil karena bertemu dengan hamzah di lain kata. Tetapi saat waqaf, hamzah dibaca panjang dua harakat (karena tidak bertemu hamzah) dan termasuk mad badal

4. Mad badal saat di awal, tetapi tidak saat washal (disambung dengan kata sebelumnya); yaitu jika hamzah pertama adalah hamzah washal seperti pada contoh berikut:

Pada saat disambung dengan kata sebelumnya, hamzah washal tidak dibaca dan dianggap tidak ada, sehingga kata sebelumnya langsung ke hamzah sukun; “fis samaawaati’ tuunii”.

Tetapi jika di awali dari kata ( ائْتُونِي), hamzah washal dibaca kasrah dan hamzah sukun diubah menjadi mad ya’ sehingga dibaca “iituuni

Kesimpulan

Meskipun mad badal asalnya adalah hamzah sukun yang diubah menjadi mad, tetapi definisi atau pengertian mad badal dibuat lebih umum, yaitu setiap hamzah yang dibaca panjang 2 harakat, dinamakan mad badal.

Secara hukum mad badal boleh dibaca dengan panjang 2 , 4 atau 6 harakat. Namun, riwayat yang kita gunakan, mad badal dibaca panjang 2 harakat saja. Oleh sebab itu, saat membaca mad ini, jangan terlalu panjang melebihi 2 harakat. Wallallahu a’lam

Baca Juga: Mad Thabi’i; Ketentuan Bacaan yang Tidak Boleh Diabaikan