hukum nun sukun

Hukum Nun Sukun dan Tanwin Beserta Contohnya

hukum nun sukun

Hukum nun mati dan tanwin sebenarnya sudah dibahas pada artikel-artikel sebelumnya, hanya saja tidak secara spesifik membahas hukum nun sukun. Namun, pembahasannya masuk pada pembahasan istilah-istilah hukum tajwid, seperti; idzhar, idgham dan ikhfa’.

Sementara pada artikel ini, akan kami khususkan pada pembahasan hukum nun sukun. Sehingga menjadi sebuah rangkuman dari artikel-artikel hukum nun sukun yang tersebar di beberapa artikel yang sudah kami tulis.

Pembagian Hukum Nun Sukun

Hukum nun sukun dan tanwin terbagi menjadi 5 hukum:

1.Idhzar halqi

2. Idgham bi ghunnah

3. Idgham bila ghunnah

4. Iqlab

5. Ikhfa’ haqiqi

Berikut adalah pembahasan dari masing-masing hukum nun sukun:

HUKUM NUN SUKUN DAN TANWIN

IDZHAR HALQI

Pengertian Idzhar Halqi

Idzhar artinya jelas, sedangkan halqi berarti tenggorokan, maksudnya adalah huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan.

Huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan dibagi menjadi 3 bagian:

Hamzah (ء) dan Ha’ (هـ) – keluar dari pangkal tenggorokan

Ha’ (ح) dan Ain (ع) – keluar dari tengah tenggorokan

Kha’ (خ) dan Ghain (غ) – keluar dari ujung tenggorokan

Sedangkan definisi idzhar halqi secara istilah adalah “nun sukun atau tanwin dibaca jelas tanpa tambahan ghunnah [dengung], jika nun sukun atau tanwin bertemu salah satu dari huruf tenggorokan, yaitu (ء, هـ, ح, ع, خ, غ)”.  

Atau dalam istilah lain, idzhar halqi adalah apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf tenggorokan, maka nun sukun atau tanwin dibaca jelas.

Catatan:

Bertemunya nun sukun dengan huruf halqi [tenggorokan] bisa di satu kata atau di lain kata.

Sedangkan tanwin yang bertemu dengan huruf tenggorokan sudah pasti di lain kata, karena tanwin selalu terletak di akhir suatu kata.

Sebab idzhar halqi dibaca jelas

Yang menjadi sebab nun sukun atau tanwin dibaca jelas adalah; karena jauhnya jarak antara makhraj huruf nun dengan makhraj huruf halqi.

Makhraj huruf nun ada di ujung lidah dengan langi-langit depan, sedangkan makhraj huruf halqi ada di tenggorokan, sehingga tidak memungkinkan dibaca idgham, ikhfa’ atau iqlab karena tidak ada sebab dibaca dengan bacaan tersebut.

Dengan demikian, tidak ada pilihan lain kecuali kembali ke asal, yaitu dengan dibaca jelas [idzhar].

Contoh idzhar halqi:

Agar semakin jelas dalam memahami konsep hukum nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf halqi, berikut kami berikan contoh bertemunya nun sukun atau tanwin dengan huruf halqi.

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Hamzah

hukun nun mati

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ha’

nun sukun

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ha’

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Kha’

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ain

Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ghain

HUKUM NUN SUKUN KEDUA

IDGHAM BIGHUNNAH

Pengertian Idgham Bighunnah

Idgham secara bahasa berarti memasukkan. Yaitu memasukkan atau meleburkan huruf sukun ke huruf berikutnya. Bi artinya dengan atau disertai. Sedangkan Ghunnah adalah suara sengau yang keluar dari rongga hidung (khaisyum).

Jadi, idgham bi ghunnah adalah meleburnya nun sukun atau tanwin ke huruf berikutnya, disertai ghunnah (suara sengau) dan ditahan sekitar 2 harakat, apabila setelah nun sukun atau tanwin ada salah satu huruf berikut, yaitu; ya’, nun, mim atau wau. Dibaca yanmu (يَنْمُوْ), agar lebih mudah untuk diingat.

Sebab Idgham Bighunnah

Nun sukun atau tanwin dilebur ke ya’ sebab ada banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, istifal dan infitah.

Ada juga yang menambahkan, karena ya’ memiliki sifat lin dan itu memiliki kemiripan dengan ghunnah (sifat nun) yang keduanya keluar dari rongga.

Nun sukun atau tanwin dilebur ke nun sebab adanya kesamaan huruf (at-tamaatsul)

Nun sukun atau tanwin dilebur ke mim sebab adanya banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, tawassuth, istifal, infitah, dan ghunnah.

Nun sukun atau tanwin dilebur ke wau sebab adanya banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, istifal dan infitah.

Ada juga yang menambahkan, karena wau memiliki sifat lin dan itu memiliki kemiripan dengan ghunnah (sifat nun) yang keduanya keluar dari rongga.

Cara Membaca Idgham Bighunnah

Nun sukun atau tanwin dilebur ke huruf berikutnya dengan ditahan sekitar 2 harakat dan disertai ghunnah (suara sengau yang keluar dari hidung).

Contoh Idgham Bighunnah

Agar pembahasan ini dapat difahami dengan baik, maka akan kami lengkapi dengan contoh bacaan idgham bighunnah.

Berikut contoh bacaan idgham bighunnah:

Nun sukun atau tanwin bertemu ya’

hukun nun mati

Nun sukun atau tanwin bertemu nun

Nun sukun atau tanwin bertemu mim

hukum nun sukun

Nun sukun atau tanwin bertemu wau

HUKUM NUN SUKUN KETIGA

IDGHAM BILA GHUNNAH

Pengertian Idgham Bila Ghunnah

Idgham secara bahasa berarti memasukkan.

Yaitu memasukkan huruf sukun ke huruf berikutnya. Bila artinya tanpa disertai.

Sedangkan Ghunnah adalah suara sengau yang keluar dari rongga hidung (khaisyum).

Jadi, idgham bila ghunnah adalah meleburnya nun sukun atau tanwin ke huruf berikutnya, tanpa disertai ghunnah dan tanpa ditahan, apabila setelah nun sukun atau tanwin, ada salah satu dari huruf lam atau ra’.

Sebab Idgham Bila Ghunnah

Nun sukun atau tanwin dilebur ke lam sebab dekatnya makhraj nun dengan makhraj lam (at-taqaarub).

Nun sukun atau tanwin dilebur ke ra’ sebab dekatnya makhraj nun dengan makhraj ra’ (at-taqaarub).

Cara Membaca Idgham Bila Ghunnah

Nun sukun atau tanwin dilebur ke huruf berikutnya [huruf berikutnya dibaca tasydid] tanpa ditahan dan tanpa disertai ghunnah.

Contoh Idgham Bila Ghunnah

Berikut ini adalah contoh bacaan idgham bila ghunnah.

Nun sukun atau tanwin bertemu lam

hukum nun sukun

Nun sukun atau tanwin bertemu ra’

hukun nun mati

HUKUM NUN SUKUN KEEMPAT

IQLAB

Pengertian Iqlab

Iqlab secara bahasa artinya mengganti atau mengubah.

Sedangkan menurut istilah tajwid, iqlab adalah “mengganti nun sukun atau tanwin dengan mim sukun dan membacanya dengan diikhfa’kan serta ditahan sekitar dua harakat disertai ghunnah, ketika nun sukun atau tanwin bertemu ba’ ”.

Nun sukun bertemu ba’ (iqlab) bisa terjadi di satu kata atau di lain kata, sedangkan tanwin bertemu ba’, sudah bida dipastikan di lain kata, karena tanwin selalu terletak di akhir setiap kata.

Cara Membaca Iqlab

Setidaknya ada tiga langkah ketika membaca nun sukun atau tanwin bertemu ba’ (iqlab):

1. Nun sukun atau tanwin diubah menjadi mim sukun terlebih dahulu

2. Membaca mim sukun dengan samar (ikhfa’ syafawi), dengan cara bibir atas menyentuh bibir bawah tanpa ditekan.

3. Ditahan sekitar 2 harakat disertai ghunnah (dengung)

Contoh Iqlab Pada Hukum Nun Mati

Contoh bacaan nun sukun bertemu ba’ (iqlab) ditandai dengan mim kecil di atas nun. Berikut contoh bacaan iqlab:

Nun sukun atau tanwin bertemu ba’ di lain kata

Nun sukun bertemu ba’ di satu kata

HUKUM NUN SUKUN KELIMA

IKHFA’ HAQIQI

Pengertian Ikhfa’ Haqiqi

Secara bahasa ikhfa berarti menutup atau menyembunyikan.

Sedangkan secara istilah, ikhfa adalah “mengucapkan huruf sukun antara idzhar dan idgham, tanpa tasydid pada huruf kedua dan tidak menghilangkan ghunnah pada huruf pertama (nun sukun atau tanwin) ”.

Yang dimaksud “antara idzhar dan idgham” adalah;

Jika idzhar, posisi ujung lidah menekan langit-langit depan (makhraj nun) dan jika idgham, makhraj nun hilang dan lansung ke makhraj huruf berikutnya

Sedangkan posisi ujung lidah saat ikhfa tidak menekan langit-langit depan.

Ini lah yang dimaksud dengan “antara idzhar dan idgham”. Tidak masuk idzhar karena ujung lidah tidak menekan langit-langit depan dan tidak masuk idgham karena makhrajnya tidak lebur ke huruf berikutnya.

Dengan demikian, pengertian ikhfa’ haqiqi adalah membaca nun sukun atau tanwin dengan samar (antara idzhar dan idgham) dan disertai ghunnah, jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu 15 huruf ikhfa’.

Huruf Ikhfa’ Haqiqi

Huruf ikhfa haqiqi adalah huruf yan tidak termasuk huruf idzhar, idgham (bi ghunnah dan bila ghunnah) maupun iqlab.

Semua huruf ikhfa’ berjumlah 15 huruf. Berikut huruf-huruf ikhfa’ haqiqi:

ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك

Jika ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf tersebut di atas, maka dibaca ikhfa’ haqiqi. Baik bertemunya di satu kata atau pun di lain kata.

Sebab Dinamakan Ikhfa’ Haqiqi

Dinamakan ikhfa karena nun sukun atau tanwin dibaca samar jika bertemu dengan salah satu dari 15 huruf di atas.

Dan dinamakan haqiqi, karena mutahaqqaq (terjadi) pada nun sukun atau tanwin lebih banyak di banding dengan selain keduanya (nun sukun dan tanwin). (kitab hidayatul qari)

Ada juga yang mengatakan bahwa sebab dinamakan haqiqi karena hilangnya hakikat asli huruf nun ketika ikhfa dan yang tersisa hanya ghunnah-nya saja. (kitab taisirur rahman fi tajwidil quran)

Contoh Ikhfa’ Haqiqi

Perlu pembaca ketahui bahwa mushaf yang kami gunakan untuk menampilkan contoh bacaan adalah mushaf rasm Utsmani standar Madinah yang tentu memiliki beberapa perbedaan tanda baca dengan mushaf standar Indonesia.

Jika standar Madinah, nun sukun yang dibaca ikhfa’ tidak diberi tanda sukun. Berikut adalah contoh-contoh bacaan ikhfa haqiqi, baik di satu kata maupun di dua kata:

hukun nun sukun

Baca Juga: Mad Badal dan sebab dinamakan mad badal

qalqalah

Qalqalah [Pengertian, Huruf dan Sebab Qalqalah]

qalqalah

Qalqalah – merupakan bagian dari sifat huruf yang tidak mempunyai lawan. Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel tentang “sifat huruf” bahwa sifat huruf terbagi menjadi dua; pertama; sifat huruf yang memiliki lawan dan kedua; sifat huruf yang tidak mempunyai lawan. Dan qalqalah termasuk kategori sifat yang kedua.

Silakan baca: Sifat Huruf Hijaiyah; Hal yang Harus Dikuasai Pembaca Alquran [2]

Pengertian Qalqalah

Secara bahasa qalqalah berarti gerakan atau pantulan.

Sedangkan pengertian qalqalah menurut istilah tajwid adalah “munculnya pantulan suara ketika mengucapkan huruf saat sukun”.

Huruf Qalqalah:

Huruf qalqalah ada lima huruf, yaitu; qaf, tha, ba’ jim dan dal yang tersusun dalam kalimat

قُطْبُ جَدٍ

sebagaimana yang disebutkan oleh imam al-Jazari dalam nadhamnya:

صَفِيرُهَا صَادٌ وَزَاىٌ سِينُ … قَلْقَلَةٌ قُطْبُ جَدٍ وَاللِّينُ

Sifat shafir (terdapat pada) shad, zai dan sin

sifat qalqalah (hurufnya tersusun dalam) quthbu jadin (qaf, tha’, ba’, jim dan dal)

Sebab Qalqalah:

Sebab qalqalah adalah karena terkumpulnya dua sifat pada suatu huruf.

Yaitu, sifat syiddah (tertahannya suara) dan sifat jahr (tertahannya nafas) pada huruf qalqalah, sehingga terdapat kesulitan dalam pengucapan huruf tersebut saat sukun.

Oleh sebab itu, huruf-huruf tersebut dibaca dengan memantul ketika sukun agar kesulitan tersebut teratasi.

Cara Membaca Qalqalah:

Qalqalah (memantul) terjadi pada huruf yang memiliki sifat syiddah dan jahr pada saat sukun.

Pada dasarnya, huruf yang dibaca sukun itu menempel pada makhrajnya (bukan menjauh).

Misal: sukun pada huruf mim, maka bibir atas dan bibir bawah menempel.

Namun, pada huruf qalqalah, setelah menempel pada makhrajnya ketika dibaca sukun, kemudian menjauh dari makhrajnya tanpa membuka rahang (jika membuka rahang akan menjadi harakat fathah),

atau tanpa menurunkan rahang bawah sedikit (jika menurunkan rahang bawah akan menjadi harakat kasrah),

atau tanpa memonyongkan mulut (jika memonyongkan mulut akan menjadi harakat dhammah).

Catatan:

Agar lebih jelas, sebaiknya belajar langsung pada guru yang bagus bacaan Alquran-nya, agar tidak salah dalam membacanya.

Pembagian Qalqalah:

Para Ulama tajwid berbeda pendapat tentang pembagian qalqalah.

Ada yang membaginya menjadi 3 bagian. Ada juga yang membaginya menjadi 2 bagian saja.

Pendapat Pertama

Qalqalah dibagi menjadi 3 bagian:

1. Qalqalah shagiira/shugra; yaitu apabila ada huruf qalqalah yang dibaca sukun di tengah bacaan.

Contoh:

qalqalah

2. Qalqalah kabiirah/kubra; yaitu apabila ada huruf qalqalah yang dibaca sukun di akhir bacaan (waqaf).

Contoh:

qalqalah

3. Qalqalah akbar; yaitu apabila ada huruf qalqalah yang bertasydid dan dibaca sukun sebab waqaf.

Contoh:

qalqalah

Catatan:

Ada pula yang membaginya dengan; sughra, wustha dan kubra.

Pendapat Kedua

Qalqalah dibagi menjadi 2 bagian:

1. Qalqalah shagiira/shugra; yaitu apabila ada huruf qalqalah yang dibaca sukun di tengah bacaan.

Contoh:

2. Qalqalah kabiirah/kubra; yaitu apabila ada huruf qalqalah dibaca sukun di akhir bacaan (waqaf), baik huruf tersebut bertasydid maupun tidak.

Contoh:

Catatan:

Yang termasuk berpendapat dengan pendapat yang kedua adalah Dr. Aiman Rusydi Suwaid.

Beliau beralasan bahwa huruf qalqalah yang bertasydid ketika waqaf, maka yang dipantulkan hanya satu huruf saja; yaitu huruf yang kedua. Sehingga tidak ada bedanya dengan waqaf pada huruf yang tidak bertasydid.

Itulah sebabnya beliau tidak membedakan antara qalqalah kubra dengan qalqalah akbar, sehingga pembagian qalqalah hanya dua saja dalam pandangan beliau.

Apakah Qalqalah termasuk sifat lazimah atau ‘aridlah?

Setidaknya ada 3 pendapat berkaitan dengan; apakah qalqalah termasuk sifat lazimah (melekat pada huruf dan tidak terpisahkan) atau sifat a’ridlah (kadang muncul dan kadang tidak muncul).

Pendapat Pertama

Qalqalah termasuk sifat lazimah, baik saat sukun maupun ketika berharakat, hanya saja pada saat berharakat, sifat qalqalah tidak tampak.

Alasan pendapat pertama:

a. Para ulama ketika membahas sifat qalqalah, masuk ke dalam pembahasan sifat lazimah, seperti shafir, liin, inhiraf, dan lain sebagainya. Seperti yang terdapat dalam nadham imam al-Jazari saat menyebutkan sifat lazimah yang tidak memiliki lawan.

Selain itu, beliau juga tidak secara jelas menyebutkan bahwa qalqalah harus sukun.

صَفِيرُهَا صَادٌ وَزَاىٌ سِينُ … قَلْقَلَةٌ قُطْبُ جَدٍّ وَاللِّينُ

وَاوٌ وَيَاءٌ سَكَنَا وَانْفَتَحَا … قَبْلَهُماَ وَالاِنْحِرَافُ صُحَّحَا

Sifat shafir (terdapat pada) shad, zai dan sinqalqalah (hurufnya) quthbu jadin dan liin

(Yaitu) wau dan ya sukun yang fathah …. sebelumnya (wau dan ya’ sukun yang didahului fathah)

Pada nadham ini, imam al-Jazari tidak secara spesifik menyebut bahwa qalqalah harus sukun seperti ketika beliau menyebutkan sifat liin yang secara jelas beliau mengatakan; wau dan ya’ sukun yang didahului fathah.

Jika qalqalah hanya ada pada sukun, tentu beliau akan menyebutkan dalam nadham-nya tersebut, sama seperti ketika menjelaskan sifat liin, dan itu tentu mudah bagi beliau.

b. Berdasarkan nadhamnya imam al-Jazari yang berbunyi:

وَبَيِّنَنْ مُقَلْقَلاً إِنْ سَكَنَا … وَإِنْ يَكُنْ فِي الْوَقْفِ كَانَ أَبْيَنَا

Dan perjelas qalqalah apabila sukun  …  dan saat waqaf, qalqalah lebih jelas lagi

Pada nadhamnya ini menunjukkan bahwa saat harakat pun ada qalqalahnya, hanya saja tidak jelas, kemudian saat sukun, qalqalah diperjelas dan apabila waqaf, qalqalah lebih jelas.

Pendapat Kedua

Qalqalah termasuk sifat lazimah. Namun, hanya pada huruf sukun saja dan tidak terdapat pada huruf yang berharakat.

Mereka berpandangan bahwa meskipun lazimah, tidak harus ada pada huruf berharakat karena sifat lazimah termasuk sifat yang tidak memiliki lawan, yang mana jika tidak ada sifat tersebut, akan beralih ke sifat lawannya.

Alasan pendapat kedua hampir sama dengan pendapat pertama, mereka juga menggunakan nadham imam al-jazari sebagai dasar pendapat mereka.

a. Pembahasan sifat qalqalah, masuk ke dalam pembahasan sifat lazimah, seperti shafir, liin, inhiraf, dan lain sebagainya.

b. Yang melandasi pendapat kedua bahwa qalqalah hanya ada pada sukun saja adalah nadham imam al-Jazari:

وَبَيِّنَنْ مُقَلْقَلاً إِنْ سَكَنَا … وَإِنْ يَكُنْ فِي الْوَقْفِ كَانَ أَبْيَنَا

Dan perjelas qalqalah apabila sukun  …  dan saat waqaf, qalqalah lebih jelas lagi

Berdasarkan nadham ini, qalqalah hanya ada pada sukun saja, dan tidak ada saat berharakat.

Pendapat Ketiga

Qalqalah termasuk sifat aridlah (kadang muncul, kadang juga tidak muncul).

Karena qalqalah muncul saat sukun dan tidak muncul saat berharakat.

Yang menjadi alasan pendapat yang ketiga adalah, karena qalqalah hanya muncul saat sukun saja dan tidak ada saat berharakat, maka itu merupakan ciri dari sifat aridlah dan bukan sifat lazimah.

Karena kalau qalqalah itu termasuk sifat lazimah, harusnya ada dalam kondisi apapun, baik sukun maupun berharakat.

Yang termasuk berpendapat dengan pendapat ketiga ini adalah Dr. Aiman Rusydi Suwaid saat beliau menjelaskan tentang sifat qalqalah dalam salah ceramah atau seminar beliau.

Kesimpulan

Qalqalah adalah memantulkan suara ketika mengucapkan huruf saat sukun.

Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang qalqalah tersebut (apakah termasuk sifat lazimah atau aridlah?), semuanya sepakat bahwa saat sukun (baik itu sukun asli, maupun sukun yang muncul sebab waqaf), huruf qalqalah harus dipantulkan atau dibaca memantul.

Dan tidak ada satu pun yang berpendapat bahwa qalqalah boleh tidak dipantulkan saat sukun.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang sifat qalqalah, yang kami kutip dan ambil dari berbagai sumber.

Semoga dapat menambah wawasan baru tentang ilmu Tajwid bagi para pembaca sekalian, khususnya berkaitan dengan sifat qalqalah. wallahu a’lam bis shawab. [Wildan, Lc]

Baca juga: Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal [Pengertian dan Hukum Bacaannya]

mad arid lissukun

Mad Arid Lissukun [Contoh, Pengertian dan Panjang Bacaannya]

mad arid lissukun

Mad arid lissukun – Mad aridl adalah mad yang disebabkan oleh sukun dan menjadi bagian dari mad far’i. Selain itu, panjang mad arid juga melebihi mad thabi’i, sehingga tidak tergolong ke dalam mad thabi’i. Berikut penjelasan dan pemaparan dari mad aridl lissukun.

Pengertian Mad Arid Lissukun

Secara bahasa, mad berarti panjang.

Sedangkan aridl mempunyai artinya “muncul”,

dan lissukun artinya “karena sukun”.

Sehingga pengertian mad arid lissukun adalah “apabila ada huruf mad dan setelahnya ada huruf berharakat di akhir kata, kemudian waqaf (berhenti) pada kata tersebut, maka huruf akhir disukun sebab waqaf”.

Contoh Mad Arid Lissukun:

mad arid lissukun
mad arid lissukun
mad arid lissukun

Keterangan:

Yang diberi warna merah adalah mad alif, ya’ dan wau, sedangkan yang diberi warna hijau adalah huruf berharakat di akhir kata.

Apabila berhenti (waqaf) pada kata tersebut, huruf akhir yang berharakat diubah menjadi sukun.

Sebab Penamaan Mad Arid Lissukun

Sebab atau alasan mad ini dinamakan dengan mad aridl lissukun adalah:

Karena sukun muncul saat waqaf. Sehingga ketika huruf akhir diubah menjadi sukun, madnya (panjangnya) yang tadinya hanya dua harakat (mad thabi’i) berubah menjadi 2, 4 atau 6 harakat.

Panjang Mad Arid Lissukun

Hukum bacaan panjang pada mad aridl lissukun, boleh dibaca dengan 2, 4 atau 6 harakat menurut kesepakatan seluruh ulama qurra’ (ulama Alquran).

Adapun alasannya sebagai berikut:

1. Dibaca panjang 2 harakat karena mengikuti panjang aslinya, yaitu dua harakat (mad thabi’i) ketika lanjut.

2. Dibaca panjang 4 harakat karena adanya sukun yang muncul saat waqaf saja. Sehingga tidak dibaca seperti mad thabi’i, yaitu 2 harakat karena ada sukun dan tidak juga dibaca 6 harakat seperti mad lazim karena sukunnya bukan sukun asli. Pertengahan antara keduanya (2 dan 6 harakat); yaitu 4 harakat.

3. Dibaca panjang 6 harakat menyerupai mad lazim karena sebabnya hampir sama, yaitu mad bertemu sukun. Dibaca panjang 6 harakat bertujuan agar terhindar dari bertemunya dua sukun.

Catatan:

Apabila bacaan lanjut (tidak berhenti), harus dibaca panjang 2 harakat sebagai mad thabi’i.

Pembagian Mad Arid

Mad aridl lissukun dibagi menjadi beberapa bagian:

1. Mad aridl lissukun mutlak; yaitu apabila ada huruf mad dan setelahnya ada huruf berharakat di akhir kata, dan waqaf (berhenti) pada kata tersebut, maka huruf akhir disukun sebab waqaf.

Boleh dibaca panjang 2, 4 atau 6 harakat. Contoh:

Apabila lanjut, dibaca panjang dua harakat.

Apabila berhenti, boleh dibaca 2, 4 atau 6 harakat dengan mensukunkan huruf terakhir dan termasuk mad aridl lissukun

2. Mad muttashil arid lissukun; yaitu apabila sukun muncul pada hamzah setelah mad di satu kata atau waqaf (berhenti) pada bacaan mad wajib muttashil.

Dibaca panjang 4 atau 5 harakat sama seperti ketika washal (lanjut) dan boleh dibaca 6 harakat karena hamzah disukun. Contoh:

Apabila lanjut, dibaca panjang 4 atau 5 harakat dan termasuk mad wajib muttashil.

Apabila berhenti, dibaca 4 atau 5 harakat dan boleh juga dibaca 6 harakat dengan mensukunkan huruf hamzah.

3. Mad badal arid lissukun; yaitu apabila sukun muncul setelah huruf mad yang didahului hamzah di satu kata.

Dinamakan mad badal arid karena ketika lanjut adalah mad badal. Dibaca panjang 2, 4 atau harakat.

Contoh:

Apabila lanjut, dibaca panjang dua harakat dan termasuk mad badal.

Apabila berhenti, boleh dibaca 2, 4 atau 6 harakat dengan mensukunkan huruf terakhir.

Baca juga: Mad Badal [Definisi dan Sebab Penamaan Badal]

4. Mad lin arid lissukun; yaitu apabila sukun muncul setelah huruf lin di satu kata. Pembahasan mad lin secara terperinci akan dibahas setelah contoh berikut:

Mad Lin

Mad lin arid lissukun atau disebut mad lin saja adalah “apabila setelah huruf lin terdapat sukun yang muncul sebab waqaf”. Huruf lin adalah ya’ sukun atau wau sukun yang didahului fathah.

Contoh:

Catatan:

Yang diberi warna merah adalah huruf lin; ya’ sukun didahului fathah dan wau sukun yang didahului fathah.

Sebab Penamaan Lin

Kenapa dinamakan lin?

Dinamakan lin karena huruf tersebut keluar dengan lembut dan tidak berat di lisan, berbeda dengan huruf-huruf yang lain.

Ada juga yang mengatakan; karena di dua huruf lin ada bagian dari huruf mad, yaitu yang mudah diucapkan. Meskipun huruf lin dan huruf mad berbeda makhraj.

Huruf-huruf mad keluar dari rongga mulut dan tenggorokan, sedangkan huruf ya’ lin keluar dari tengah lidah dan wau lin keluar dari dua bibir.

Dan dua huruf lin lebih lemah dibanding dengan huruf mad.

Hukum Bacaan Mad Lin

Hukum bacaan huruf lin ketika waqaf (dengan mensukunkan huruf akhir) sama dengan mad arid lissukun; yaitu boleh dibaca 2, 4 atau 6 harakat.

Namun, ketika lanjut, huruf lin tidak dibaca panjang, tetapi dibaca pendek.

Sehingga sebutan mad lin hanya berlaku saat waqaf saja. Karena munculnya mad lin saat waqaf (berhenti).

Kesimpulan

Mad arid lissukun pada awalnya adalah mad thabi’i yang dibaca panjang 2 harakat saat lanjut. Namun, apabila waqaf atau berhenti, huruf akhirnya disukun dan boleh dibaca panjang 2, 4 atau 6 harakat.

Mad lin dan mad badal lin dihukumi sama dengan mad aridl lissukun ketika waqaf atau berhenti, boleh dibaca dengan panjang 2, 4 atau 6 harakat.

Namun, saat lanjut, huruf lin tidak dibaca panjang, sedangkan mad badal, dibaca panjang 2 harakat sama seperti mad thabi’i.

Untuk mad muttashil arid lissukun tetap harus dibaca panjang minimal 4 harakat ketika berhenti, boleh 5 atau 6 harakat, karena saat lanjut bacaan mad wajib muttashil tidak boleh kurang dari 4 harakat.

Demikian, penjelasan tentang mad arid lissukun dan contoh-contoh mad arid lissukun. Semoga penjelasan di atas bisa menambah wawasan pembaca tentang ragam bacaan mad. Apabila ada yang  masih kurang jelas, bisa ditanyakan di kolom komentar. wallahu a’lam bish shawab. [Wildan, Lc]

Baca Juga: Mad Wajib Muttashil [Pengertian dan Alasan Dibaca Panjang]