pengertian mad shilah qashirah adalah

Pengertian Mad Shilah Qashirah dan Mad Shilah Thawilah

pengertian mad shilah qashirah adalah

Pengertian Mad shilah qashirah adalah mad yang dibaca panjang dua harakat dan dikategorikan sebagai mad thabi’i sebagaimana pada pembahasan sebelumnya (pembahasan mad thabi’i). Hal itu disebabkan, karena mad shilah qashirah merupakan mad yang dibaca panjang 2 harakat dan dibaca panjang bukan karena sebab sukun atau hamzah.  Selain disebut sebagai mad shilah qashirah, mad ini juga disebut dengan mad shilah shugra

Pengertian Mad Shilah Qashirah

Mad secara bahasa memiliki arti tambahan atau juga panjang.

Shilah secara bahasa bisa dimaknai dengan “lanjut”. Artinya mad tidak akan muncul kecuali ketika dibaca lanjut, atau dengan kata lain, tidak dibaca panjang (mad) kalau tidak lanjut.

Qashirah secara bahasa diartikan pendek. Tetapi dalam istilah tajwid, qashirah bisa berarti dibaca panjang 2 harakat.

Sehingga Mad Shilah Qashirah bisa diartikan dengan: “ha’ dhamir (kata ganti) yang dibaca panjang 2 harakat ketika lanjut, dengan syarat ha’ dhamir tersebut terletak di antara dua huruf yang berharakat”.

Ha’ dhamir adalah ha’ yang merupakan kata ganti orang ketiga (nya). Maka, jika huruf ha’ adalah huruf asli dari suatu kata (bukan kata ganti), maka tidak termasuk dalam kategori mad ini. Seperti huruf ha’ yang terdapat pada kata;  نَفْقَهُ , يَنْتَهِ , فَوَاكِهُ

Pada dasarnya ha’ dhamir atau ha’ kinayah berharakat dhammah (لَهُ). Akan tetapi, berubah menjadi kasrah apabila didahului huruf berharakat kasrah (بِهِ) atau ya’ (عَلَيْهِ).

Sebab Penamaan Mad Shilah Qashirah

Sebab dinamakan mad shilah karena bacaan panjang (mad) tidak akan terwujud kecuali ketika dibaca lanjut (washal atau shilah) dan juga karena ha’ dhamir disambung dengan mad wau atau mad ya ketika dibaca lanjut.

Dinamakan qashirah karena dibaca panjang 2 harakat.

Nama lain dari mad shilah qashirah adalah mad shilah shugra. Shugra artinya kecil, yaitu mad shilah yang hanya dibaca panjang dua harakat saja. Berbeda dengan mad shilah kubra (besar), yang dibaca panjang lebih dari 2 harakat.

Letak Ha’ Dhamir dan Cara Membacanya

Ha’ dhamir atau ha’ kinayah terkadang dibaca panjang (mad), terkadang juga dibaca pendek, tergantung letak dan posisi ha’ dhamir pada suatu kata.

Letak ha’ dhamir dan cara membacanya terbagi menjadi 4 macam :

1.Terletak di antara dua sukun (huruf mad dikategorikan sebagai sukun).  Contoh:

mad shilah qashirah

Cara membacanya: ha’ dhamir dibaca pendek (tidak panjang) ketika lanjut

2. Terletak di antara dua huruf berharakat.  Contoh:

mad shilah qashirah

Cara membacanya: ha’ dhamir dibaca panjang 2 harakat jika lanjut

3. Terletak pada huruf yang sebelumnya berharakat, tetapi sesudahnya sukun.  Contoh:

mad shilah qashirah

Cara membacanya: ha’ dhamir dibaca pendek (tidak panjang), ketika lanjut.

4. Terletak pada huruf yang sebelumnya sukun dan sesudahnya berharakat.  Contoh:

mad shilah qashirah

Cara membacanya: ha’ dhamir dibaca pendek (tidak panjang), ketika lanjut.

Bacaan di Luar Kaidah

Dalam riwayat Hafsh dari imam Ashim, ada beberapa bacaan yang dibaca di luar kaidah sebagaimana yang tadi disebutkan di atas.

1. Pada kaidah kedua; apabila ha’ dhamir diapit dua huruf berharakat, ha’ dhamir dibaca panjang 2 harakat. Namun, ada beberapa bacaan yang merupakan pengecualian dari kaidah ini:

a. Huruf ha’ pada kata ( أَرْجِهْ )  adalah ha’ dhamir, tetapi tidak dibaca panjang meskipun diapit oleh dua huruf berharakat.

Kata ini terdapat dalam surah al-A’raf ayat 111

dan surah asy-Syu’araa ayat 37

b. Huruf ha’ pada kata ( أَلْقِهْ ) di surah an-Naml ayat 28  juga tidak dibaca panjang, padahal termasuk ha’ dhamir.

c. Huruf ha’ dhamir pada kata ( يَرْضَهُ ) tidak dibaca panjang, tetapi justru dibaca pendek. Padahal ha’ dhamir terletak diantara dua huruf berharakat.

Kata ( يَرْضَهُ ) terletak dalam surah az-Zumar ayat 7

mad shilah qashirah

Penjelasan dari Bacaan Di Luar Kaidah Kedua

a. Sebab ha’ dhamir di sukun pada kata ( أَرْجِهْ ) dan ( أَلْقِهْ ) karena ada sebagian kabilah Arab yang membacanya dengan mensukunkan ha’ dhamir apabila didahului huruf berharakat.

b. Sedangkan ha’ dhamir dibaca pendek pada kata ( يَرْضَهُ ), karena untuk meringankan bacaan dan tidak disukun karena ha’ –nya akan menjadi samar (tidak jelas). Demikian penjelasan dalam syarh at-Thayyibah lin-Nuwairi.

Ada juga yang berpendapat bahwa ha’ dhamir pada kata ( يَرْضَهُ ) dibaca pendek karena aslinya (يَرْضَاهُ  ) sehingga ha’ dibaca pendek karena didahului sukun.

2. Bacaan di luar kaidah yang berikutnya, terdapat pada kaidah keempat; apabila ha’ dhamir didahului sukun, ha’ dhamir dibaca pendek. Namun, kata ( فِيهِ ) pada surah al-Furqan ayat 69 justru dibaca panjang .

Catatan:

1. Ha’ isim isyarah pada kata (  هَذِهِ ) dikategorikan sebagai ha’ dhamir. Sehingga cara membacanya sama seperti ha’ dhamir.

Dibaca panjang dua harakat apabila terletak di antara dua huruf berharakat dan dibaca pendek jika terletak di antara huruf yang salah satunya adalah sukun.

2. Untuk sebab atau alasan pada penjelasan bacaan di luar kaidah, tidak lah menjadi dasar suatu bacaan Alquran dibaca panjang atau pendek.

Karena yang menjadi patokannya adalah adanya contoh dari Rasulullah. Sebab, bacaan Alquran bersifat tauqifi, harus mengikuti contoh bacaan dari Rasulullah yang kemudian dilanjutkan ke generasi berikutnya.

3. Setiap ha’ dhamir yang dibaca panjang, ditandai dengan wau kecil jika ha’ dhamir berharakat dhammah. Dan ditandai ya’ kecil, jika ha’ dhamir berharakat kasrah. Ini merupakan tanda yang terdapat dalam mushaf standar Madinah.

Adapun dalam mushaf standar Indonesia ditandai dengan dhammah terbalik, jika ha’ dhamir berharakat dhammah. Dan ditandai dengan harakat panjang dibawah ha’, jika ha’ dhamir berharakat kasrah.

Mad Shilah Thawilah

Setelah tadi membahas tentang mad shilah qashirah. Sekarang kita lanjutkan pembahasan kita tentang mad shilah thawilah.

Pengertian Mad Shilah Thawilah

Mad secara bahasa memiliki arti tambahan atau juga panjang.

Shilah secara bahasa bisa dimaknai dengan “lanjut”. Artinya mad tidak akan muncul kecuali ketika dibaca lanjut, atau dengan kata lain, tidak dibaca panjang (mad) kalau tidak lanjut.

Thawilah secara bahasa diartikan panjang. Yang dimaksud panjang di sini adalah lebih dari 2 harakat.

Sehingga Mad Shilah Thawilah bisa diartikan dengan: “ha’ dhamir (kata ganti) yang dibaca panjang lebih dari 2 harakat ketika lanjut, dengan syarat ha’ dhamir tersebut terletak di antara dua huruf yang berharakat dan huruf kedua nya adalah hamzah”.

Contoh:

mad shilah thawilah
mad shilah thawilah

Sebab Penamaan Mad Shilah Thawilah

Sebab dinamakan mad shilah karena bacaan panjang (mad) tidak akan terwujud kecuali ketika dibaca lanjut (washal atau shilah) dan juga karena ha’ dhamir disambung dengan mad wau atau mad ya ketika dibaca lanjut.

Dinamakan thawilah karena dibaca panjang lebih dari 2 harakat.

Selain disebut dengan mad shilah thawilah, mad ini juga disebut dengan mad shilah kubra. Kubra artinya besar, yaitu mad shilah yang dibaca panjang lebih dari 2 harakat, lebih besar dibanding dengan mad shilah shugra yang hanya 2 harakat saja.

Panjang Mad Shilah Thawilah

Mad shilah thawilah boleh dibaca panjang 2, 4 atau 5 harakat sama seperti mad jaiz munfashil. Hanya saja, ada ketentuan yang harus diperhatikan ketika membaca panjang 2 harakat. Untuk ketentuan kapan boleh dibaca panjang 2 harakat dan kapan dibaca pajnag 4 atau 5 harakat, insya Allah akan kita bahas pada saat pembahasan mad jaiz munfashil. Wallahu a’lam.

Baca juga: Mad Jaiz Munfashil [Makna dan Hukum Panjang Bacaannya]

Demikian pengertian mad shilah qashirah dan mad shilah thawilah. Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan pemahaman tentang pengertian mad shilah dan membuat pembaca faham cara membacanya, baik saat lanjut maupun saat waqaf (berhenti).

Mari tetap bersemangat untuk belajar membaca Alquran dengan benar, karena dengan bacaan yang benar, hati tenang dan agar Allah –ta’ala– menurunkan rahmat-Nya kepada kita semuanya.

Baca Juga: Mad Thabi’i; Ketentuan Bacaan yang Tidak Boleh Diabaikan

mad thabi'i

Mad Thabi’i; Ketentuan Bacaan yang Tidak Boleh Diabaikan

mad thabi'i

Mad thabi’i adalah salah satu bagian penting dan harus diperhatikan dalam membaca Alquran. Mengabaikan mad thabi’i bisa berakibat pada masuknya seorang pembaca pada lahn jaliy (kesalahan jelas) yang mana kesalahan ini bisa berakibat pada perubahan makna. Misal; jika ada bacaan yang harusnya dibaca panjang justru dibaca pendek atau bacaan pendek malah dibaca panjang.

Pembaca sekalian, sebelum kita lebih jauh membahas tentang mad thabi’i, mari kita fahami dulu apa pengertian mad dan apa makna dari kata “thabi’i” itu sendiri. Hal ini bertujuan agar pembaca bisa mengenal lebih baik tentang mad thabi’i.

Pengertian Mad

Mad secara bahasa memiliki arti az-ziyaadah [tambahan]

Sedangkan menurut istilah tajwid, mad adalah memanjangkan suara dengan huruf dari huruf mad dan lin* atau salah satu dari dua huruf lin**.

Huruf mad dan lin adalah

Alif yang didahului fathah

mad thabi'i

Ya’ sukun yang didahului kasrah

mad thabi'i

dan Wau sukun yang didahului dhammah.

mad thabi'i

Dua huruf lin adalah wau sukun yang didahului fathah dan ya’ sukun yang didahului fathah.

Panjang Bacaan Mad

Untuk mengukur panjangnya mad, para ulama menganalogikan panjang atau lamanya suatu bacaan dengan harakat. Harakat adalah durasi (lamanya waktu) ketika mengucapkan suatu huruf; baik itu fathah, kasrah atau pun dhammah. Contoh:

(بَ) dihitung satu harakat

(بَ بَ) dihitung dua harakat

(بَ بَ بَ) dihitung 3 harakat, begitu seterusnya.

Pembagian Mad

Secara garis besar, mad dibagi menjadi dua macam, yaitu mad Ashli (mad thabi’i) dan mad far’i

Mad Thabi’i

Mad thabi’i atau bisa juga disebut dengan mad ashli, adalah mad yang mana setiap huruf yang dibaca panjang tidak bisa terlepas dari mad ini (mad ashli) dan mad yang tidak disebabkan karena hamzah atau sukun.

Yang dimaksud dengan: “setiap huruf yang dibaca panjang tidak bisa terlepas dari mad ini (mad ashli)” adalah bahwa pada dasarnya, setiap huruf yang dibaca panjang adalah mad ashli atau mad thabi’i (jika setelahnya tidak ada hamzah atau sukun).

Mad thabi’i dibaca panjang 2 (dua) harakat. Tidak kurang dan tidak lebih.

Jika kurang dari dua harakat tidak disebut mad thabi’i, dan jika lebih dari dua harakat juga tidak disebut sebagai mad thabi’i

Sebab Penamaan Mad Thabi’i

Sebab dinamakan mad thabi’i adalah karena orang yang mempunyai perangai (tabiat) yang baik, tidak akan menambah atau menguranginya dari dua harakat.

Sedangkan sebab dinamakan mad ashli adalah karena mad ini merupakan asal atau akar dari mad lainnya.

Pembagian Mad Thabi’i

Dari segi letaknya, mad thabi’i dibagi menjadi dua; terletak pada kata yang disebut dengan mad thabi’i kalimi dan yang terdapat pada huruf disebut dengan mad thabi’i harfi

Mad Thabi’i Kalimi

Mad thabi’i artinya mad yang dibaca panjang 2 harakat bukan karena sebab hamzah atau sukun.

Sedangkan kalimi artinya kata

Sehingga mad thabi’i kalimi bisa diartikan mad yang dibaca panjang 2 harakat dan terdapat pada suatu kata. Contoh:

mad thabi'i

Bacaan panjang (mad) yang terdapat pada ayat di atas adalah mad thabi’i kalimi karena terdapat pada kata.

Mad thabi’i kalimi sendiri terbagi menjadi tiga bagian:

1. Mad yang selalu ada, baik ketika lanjut maupun berhenti.  Contoh:

2. Mad yang muncul saat berhenti (waqaf) saja, yaitu setiap kata yang diakhiri dengan fathatain kecuali pada ta’ marbuthah (ta’ bulat).

Mad ini disebut dengan mad Iwadh (bacaan panjang yang menggantikan fathatain yang dihilangkan sebab waqaf) dan dikelompokkan ke dalam mad thabi’i karena dibaca 2 harakat dan dibaca panjang bukan karena hamzah atau sukun. Contoh:

3. Mad yang muncul saat lanjut (washal) saja, yaitu apabila ada ha’ dhamir (kata ganti) yang terletak di antara dua huruf berharakat dan huruf setelahnya bukan hamzah.

Mad ini disebut dengan mad shilah qashirah dan dimasukkan ke dalam kategori mad thabi’i karena dibaca panjang 2 harakat dan tidak disebabkan hamzah atau sukun. Contoh:

mad shilah qashirah

Penjelasan lengkap tentang mad shilah qashirah bisa klik di sini

Mad Thabi’i Harfi

Mad thabi’i artinya mad yang dibaca panjang 2 harakat bukan karena sebab hamzah atau sukun.

Sedangkan harfi artinya huruf

Jadi, mad thabi’i harfi adalah mad yang dibaca panjang 2 harakat dan terdapat pada potongan huruf di awal surah. Huruf – huruf tersebut adalah ح , ي , ط , هـ, dan ر  yang tergabung ke dalam kalimat (حَيٌّ طَهُرَ) Contoh:

tha’ dan ha’ dibaca panjang 2 harakat (طَا هَا) [mad thabi’i harfi]

ya’ dibaca panjang 2 harakat (يَا سِيْن) [mad thabi’i harfi]

Hukum Mad Thabi’i

Mad thabi’i harus dibaca panjang dua harakat, tidak boleh ditambah dan tidak boleh pula dikurangi.

Syeikh Abdul Fattah al-Murshifiy dalam kitab Hidayatul Qaari mengatakan: “Adapun ukuran panjang mad thabi’i untuk semua jenisnya yang sudah disebutkan di atas dan dalam bentuknya yang berbeda-beda, maka dibaca dengan memanjangkan suaranya dengan kadar 2 harakat saja, dan ini merupakan ijma’ para qurra’ (ulama Alquran) baik itu mad thabi’i yang selalu ada pada saat lanjut dan berhenti, atau mad yang muncul saat berhenti (waqaf) saja, atau mad yang muncul saat lanjut (washal) saja dan diharamkan secara syar’i mengurangi atau menambahi dari ketentuan 2 harakat ini.”  

Demikian pembahasan tentang mad thabi’i, semoga bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan semoga Allah senantiasa memudahkan dan menuntun kita semua untuk bisa membaca Alquran dengan baik dan benar, dan tidak terjatuh pada kesalahan yang bisa mengakibatkan perubahan makna Alquran.

Baca juga: Sifat Huruf Hijaiyah; Hal yang Harus Dikuasai Pembaca Alquran [2]

Sifat Huruf Hijaiyah

Sifat Huruf Hijaiyah: Kunci Membaca Alquran [2]

Sifat Huruf Hijaiyah

Sifat huruf hijaiyah adalah hal penting yang harus dikuasai oleh orang yang ingin membaca Alquran dengan benar setelah mengetahui makhraj huruf. Sifat huruf hijaiyah ini lah yang membedakan suatu huruf dengan huruf yang lain meskipun berasal dari makhraj yang sama. Mengabaikan sifat huruf saat membaca huruf, akan berpengaruh terhadap perubahan bunyi dari suatu huruf.

Pengertian Sifat Huruf Hijaiyah

Secara bahasa, sifat adalah ciri atau karakter yang melekat pada sesuatu atau seseorang, baik itu fisik; seperti kuning, putih, hitam, dan lain-lain atau maknawi; seperti berilmu, beradab, berbudi, dan lain-lain. 

Sedangkan secara istilah, sifat huruf adalah karakter huruf yang muncul ketika diucapkan, seperti jahr, hams, syiddah, rakhawah, dan lain-lain.

Fungsi Mengetahui Sifat Huruf Hijaiyah

Mengetahui sifat huruf sangat lah penting dalam ilmu tajwid. Berikut adalah fungsi mengetahui sifat huruf:

1. Bisa membedakan huruf yang sama atau berdekatan makhrajnya.

Imam al-Jazari mengatakan:

Setiap huruf yang memiliki sifat yang sama dengan huruf lain, tidak bisa dibedakan kecuali dengan makhrajnya.

Setiap huruf yang memiliki makhraj yang sama, tidak dapat dibedakan kecuali dengan sifatnya.

Jika tidak demikian, setiap huruf akan memiliki suara yang sama.

Contoh: huruf ( ت د ط ) mempunyai makhraj yang sama, tetapi memiliki sifat yang berbeda. Sehingga suara yang dihasilkan pun berbeda-beda.

2. Mengetahui mana huruf yang kuat dan mana huruf yang lemah. Sehingga bisa diketahui mana yang boleh di-idgham-kan dan mana yang tidak boleh di-idgham-kan.

3. Memperbagus atau memperindah pengucapan huruf. Terlebih jika berdampingan antara huruf tebal dengan tipis

Pembagian Sifat Huruf Hijaiyah

Sifat huruf hijaiyah terbagi menjadi dua:

1. Sifat Lazimah atau Ashliyah, yaitu sifat yang selalu melekat pada huruf dalam keadaan apapun.

2. Sifat ‘Aridah, yaitu sifat yang muncul pada kondisi tertentu, dan hilang pada kondisi tertentu (temporal); terkadang muncul dan terkadang tidak. Seperti idzhar, idgham, tebal dan tipis pada huruf ra’.

Berikut ini adalah penjabaran dan penjelasan kedua sifat di atas:

Sifat Ashliyah Lazimah

Dari pembahasan kedua sifat huruf hijaiyah tersebut di atas, sifat ini merupakan sifat yang sangat penting dan mendasar untuk diketahui oleh pembaca Alquran.

Sifat Ashliyah adalah sifat yang terus menerus ada pada suatu huruf. Dengan kata lain, sifat ini selalu ada dan melekat pada suatu huruf dan tak terpisahkan. Baik dalam keadaan fathah, kasrah atau dhammah bahkan sukun.

Sifat ini terbagi menjadi dua: pertama; sifat yang memiliki lawan dan kedua; sifat yang tidak memiliki lawan.

Sifat Huruf Hijaiyah yang Memiliki Lawan

1. Al-Hams

Hams secara bahasa artinya: suara yang pelan atau bisikan

Sedangkan secara istilah tajwid, hams adalah adanya hembusan nafas ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya ada 10

فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتَ

Al-Jahr [Lawan Hams]

Jahr secara bahasa artinya: jelas

Sedangkan secara istilah tajwid, jahr adalah tidak adanya hembusan nafas ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya adalah selain huruf hams.

2. Asy-Syiddah

Syiddah secara bahasa artinya: kuat

Sedangkan secara istilah tajwid, syiddah adalah tertahannya suara ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya ada 8, yang tersusun dalam kalimat:

اَجِدُ قَطٍ بَكَتْ

Ar-Rakhawah [Lawan Syiddah]

Rakhawah secara bahasa artinya: lembut

Sedangkan secara istilah tajwid, rakhawah adalah terlepasnya suara ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya adalah selain huruf syiddah dan tawassuth.

Catatan:

Antara sifat syiddah dan rakhawah terdapat sifat bainiyyah atau tawassuth, yaitu sifat pertengahan antara syiddah dan rakhawah.

Suara huruf yang diucapkan tidak tertahan dan tidak pula terlepas. Huruf-hurufnya ada 5, yaitu:

لِنْ عُمَرَ

3. Al-Isti’la’

Isti’la’ secara bahasa artinya: naik

Sedangkan secara istilah tajwid, isti’la’ adalah naiknya suara ke langit-langit ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya ada 7, yaitu:

 خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ

Al-Istifal [Lawan Isti’la’]

Istifal secara bahasa artinya: turun

Sedangkan secara istilah tajwid, istifal adalah turunnya atau tidak naiknya suara ke langit-langit ketika diucapkan. Huruf-hurufnya adalah selain huruf isti’la’

4. Al-Ithbaq

Ithbaq memilki makna: menempel

Sedangkan secara istilah tajwid, ithbaq adalah menempelnya bagian lidah [pangkal lidah] dengan langit-langit sehingga suara seperti terkepung ketika diucapkan.

Dengan pengertian lain, ithbaq adalah suara terkepung di antara lidah dan langit-langit ketika huruf diucapkan. Huruf-hurufnya ada 4, yaitu:

 صَضْطَظَ

Al-Infitah [Lawan Ithbaq]

Infitah secara bahasa artinya: terbuka atau terpisah

Sedangkan secara istilah tajwid, infitah adalah terpisahnya bagian lidah [pangkal lidah] dengan langit-langit sehingga suara tidak terkepung ketika diucapkan,

atau dengan kata lain, infitah adalah suara tidak terkepung di antara lidah dan langit-langit ketika huruf diucapkan. Huruf-hurufnya adalah selain huruf ithbaq.

Catatan:

Semua huruf ithbaq adalah huruf yang memiliki sifat isti’la’, tetapi tidak semua huruf isti’la’ memilki sifat ithbaq.

Sifat Huruf Hijaiyah

5. Al-Idzlaq

Idzlaq memilki makna: ujung

Sedangkan secara istilah tajwid, Idzlaq adalah huruf mudah diucapkan karena keluar dari ujung lidah atau di dua bibir. Huruf-hurufnya ada 6, yaitu:

فَرَّ مِنْ لُبٍّ

Al-Ishmat [Lawan Idzlaq]

Ishmat adalah huruf lebih berat atau susah diucapkan karena tidak keluar dari ujung lidah atau dua bibir. Huruf-hurufnya adalah selain huruf idzlaq.

Sifat Huruf Hijaiyah yang Tidak Memiliki Lawan

1. As-Shafir

Desisan yang timbul karena suara mengalir dan melewati ruang yang sempit. Ada 3 huruf yang memiliki sifat ini.

ص س ز

2. Al-Qalqalah

Sifat huruf qalqalah adalah timbulnya pantulan suara ketika mengucapkan huruf. Ada 5 huruf yang dibaca memantul ketika sukun.

قَطْبُ جَدٍ

3. Al-Inhiraf

Suara berubah arah karena jalannya terhalang oleh lidah. Ada dua huruf yang memiliki sifat ini.

ل ر

4. At-Takrir

Bergetarnya ujung lidah saat mengucapkan huruf ra’ (ر) disebabkan karena sempitnya makhraj.

5. Al-Lin

Mengeluarkan huruf dari makhrajnya dengan mudah. Huruf lin ada dua. Wau dan ya’ sukun yang didahului fathah. Contoh:

قُرَيْشٍ     خَوْفٌ

6. At-Tafasysyi

Menyebarnya suara syin (ش) dari makhrajnya hingga menyentuh bagian dalam gigi atas dan gigi bawah.  

7. Al-Istithalah

Terdorongnya lidah dari belakang ke depan hingga ujung lidah menyentuh gusi gigi atas ketika mengucapkan huruf dhad (ض).

8. Al-Ghunnah

Sifat huruf ghunnah adalah suara sengau (bindeng) yang keluar dari rongga hidung. Huruf yang memiliki sifat ini adalah

ن   م

Kesimpulan:

Untuk bisa menguasai makhraj dan sifat huruf dengan baik, sebaiknya belajar langsung kepada guru yang bagus bacaannya dan menguasai makhraj dan sifat huruf dengan baik.

Karena dengan belajar langsung, sang guru bisa menjelaskan, mencontohkan dengan benar bagaimana makhraj dan sifat dari masing-masing huruf hijaiyah. Sekaligus bisa mengoreksi jika ada yang salah dari pengucapaan huruf hijaiyah yang kita baca.

Baca juga pembahasan tentang makhraj huruf: Makhraj Huruf Hijaiyah