belajar hukum tajwid

Hukum Tajwid Surat Ar-Rahman Ayat 1-5

Hukum Tajwid Surat Ar-Rahman Ayat 1-5

Surat Ar-Rahman merupakan surat yang yang ke-55 dalam Al-Quran. Hukum tajwid apa saja yang ada dalam surat Ar-Rahman?

Pada tulisan kali ini, Nubada.id akan menjabarkan hukum tajwid pada surat Ar-Rahman ayat 1-5

Untuk membaca al-Quran yang baik dan benar, diharapkan agar mempelajarinya secara langsung kepada seorang guru.

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah siapa yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.”
(H.R. Al-Bukhari)

Mau Belajar Baca Al-Quran?

Nubada.id mengadakan kelas membaca Al-Quran mulai dari kelas anak-anak hingga dewasa. Menggunakan metode yang mudah dipahami sehingga proses belajar lebih singkat dan tepat.
Informasi Selanjutnya

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hukum tajwid Ar-Rahman ayat 1

ٱلرَّحْمَـٰنُ

Hukum tajwid yang terdapat pada ayat ini adalah:

1. Alif lam syamsiyah pada ٱلرَّ sehingga huruf lam dibaca melebur (ar-ra)

2. Mad thabi’i pada  مَـٰ sehingga dibaca panjang 2 harakat (maa)

3. Mad aridh lisukun pada مَـٰنُ sehingga dibaca panjang 2/4/6 harakat dan huruf terakhir menjadi waqaf (maan)

Secara keseluruhan cara membacanya:

ar-rahmaan

Hukum tajwid Ar-Rahman ayat 2

عَلَّمَ ٱلْقُرْءَانَ

Hukum tajwid yang terdapat pada ayat ini adalah:

1. Alif lam qamariyah pada ٱلْقُرْ sehingga huruf lam dibaca jelas (al-qur)
2. Mad aridh lisukun pada ءَانَ sehingga dibaca panjang 2/4/6 harakat dan huruf terakhir menjadi waqaf (aan)

Secara keseluruhan cara membacanya:

‘allamal-qur-aan

Hukum tajwid Ar-Rahman ayat 3

خَلَقَ ٱلْإِنسَـٰنَ

Hukum tajwid yang terdapat pada ayat ini adalah:

1. Alif lam qamariyah pada ٱلْإِ sehingga huruf lam dibaca jelas (al-i)

2. Ikhfa pada ٱلْإِنسَـٰ karena pertemuan nun sakinah dengan huruf sin sehingga dibaca samar dengan ghunnah (ingsaa)

3. Mad aridh lisukun pada سَـٰنَ sehingga dibaca panjang 2/4/6 harakat dan huruf terakhir menjadi waqaf (saan)

Secara keseluruhan cara membacanya:

‘khalaqal-ingsaan

Hukum tajwid Ar-Rahman ayat 4

عَلَّمَهُ ٱلْبَيَانَ

Hukum tajwid yang terdapat pada ayat ini adalah:

1. Alif lam qamariyah pada ٱلْبَ sehingga huruf lam dibaca jelas (al-ba)

2. Mad aridh lisukun pada يَانَ sehingga dibaca panjang 2/4/6 harakat dan huruf terakhir menjadi waqaf (yaan)

Secara keseluruhan cara membacanya:

‘allamahul-bayaan

Hukum tajwid Ar-Rahman ayat 5

ٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۢ

Hukum tajwid yang terdapat pada ayat ini adalah:

1. Alif lam syamsiyah pada  ٱلشَّمْ sehingga huruf lam dibaca melebur (asy-syam)

2. Alif lam qamariyah pada  وَٱلْقَ sehingga huruf lam dibaca jelas (wal-qa)

3. Mad aridh lisukun pada بَانٍۢ sehingga dibaca panjang 2/4/6 harakat dan huruf terakhir menjadi waqaf (baan)

Secara keseluruhan cara membacanya:

asy-syamsu wal-qamaru bihusbaan

Nubada.id

Di Nubada, kamu bisa mendaftar kelas umum maupun kelas privat sesuai dengan kebutuhan. Bekerjasama dengan pengajar yang berpengalaman, insyaAllah belajar baca al-Quran jadi lebih menyenangkan.

Belajar Hukum Tajwid
Pengertian Tajwid

Pengertian Tajwid, Hukum dan Peletak Ilmu Tajwid

Pengertian Tajwid

Pengertian Tajwid menurut bahasa dan istilah. Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana membaca Alquran dengan baik dan benar, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya dan dilanjutkan ke generasi berikutnya hingga sampai kepada kita.

Pengertian Tajwid

Secara Bahasa tajwid berasal dari kata jawwada yujawwidu tajwiidan yang mempunyai arti at-tahsiin (memperbagus, memperindah)

Secara istilah: tajwid adalah mengucapkan setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan haq dan mustahiq huruf

Haq huruf adalah sifat yang melekat pada huruf dan tak terpisahkan darinya dalam kondisi apapun (sifat ashliyyah dzaatiyyah), baik ketika fathah, kasrah, dhammah atau pun sukun. Seperti sifat jahr, syiddah, isti’la’ dan lain-lain

Mustahiq huruf adalah sifat aaridhah yang dihasilkan dari sifat asli, seperti tafkhim (tebal) yang dihasilkan dari sifat isti’la’, tarqiq (tipis) dihasilkan dari sifat istifal, dan lain-lain.

Tujuan Belajar Tajwid

Belajar ilmu tajwid bertujuan untuk menjaga lisan agar tidak salah dalam membaca Alquran, sehingga pembacanya mendapat ridho dari Allah dan memperoleh kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat.

Untuk menjaga lisan agar terhindar dari kesalahan (lahn) ada 4 cara:

  1. Mengetahui makhraj (tempat keluar) masing-masing huruf
  2. Mengetahui sifat-sifat masing-masing huruf
  3. Mengetahui hukum-hukum tajwid
  4. Melatih lisan dengan terus menerus mengulang-ulang bacaan yang benar.

Peletak Ilmu Tajwid

Siapa yang pertama kali meletakkan ilmu tajwid dalam bacaan Alquran?

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka harus dilihat dari dua sisi; ilmu tajwid sebagai ilmu terapan (praktek) atau sebagai ilmu teori.

Dari segi penerapan (praktek)

Yang pertama kali menerapkan ilmu tajwid dalam bacaan Alquran adalah Rasulullah dari malaikat jibril dari Allah subhanahu wa ta’ala, kemudian diajarkan kepada sahabatnya, kemudian ke generasi berikutnya hingga sampai kepada kita.

Dari segi teori

Terdapat perbedaan pendapat tentang siapa yang pertama kali menyusun teori tajwid. Ada yang mengatakan bahwa yang pertama kali meletakkan ilmu teori tajwid adalah Abul Aswad ad-Duali.

Ada yang berpendapat yang pertama kali menyusun kitab tajwid adalah Abul Ubaid al-Qaasim bin Sullam (wafat 224 H), sedangkan yang pertama kali menyusun ilmu tajwid dalam bentuk nadzam (seperti syair) adalah al-Khaqaniy (wafat 325 H).

Keutamaan Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid memiliki kedudukan yang sangat tinggi karena berkaitan dengan kalam (firman) yang paling mulia, yaitu kalamullah (firman Allah).

Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Mempelajari dan mengetahui hukum tajwid yang berkaitan dengan teorinya; seperti bacaan ini disebut idzhar halqi, idgham bi ghunnah, idgham bila ghunnah dan lain sebagainya adalah fardhu kifayah

Sedangkan menerapkan kaidah tajwid ketika membaca Alquran hukumnya adalah fardhu ain. Artinya, siapa pun yang membaca Alquran harus menerapkan kaidah tajwid. Jika tidak menerapkan tajwid dalam bacaan Alquran, tentu yang bersangkutan berdosa.

Catatan:

Seseorang yang menguasai teori tajwid ( seperti mengetahui pengertian tajwid, kemudian hukum bacaan secara teori), belum tentu bacaannya sudah sesuai kaidah tajwid. Misal: ada orang yang tahu hukum bacaan ikhfa’ haqiqi dan hurufnya apa saja, tetapi ketika dicek bacaannya ternyata masih ada kesalahan. Bisa jadi kesalahannya ada pada ghunnahnya yang masih kurang ditahan atau salah dalam pengucapan ghunnahnya. Oleh sebab itu, belajar Alquran harus lah melalui guru.

Dasar Hukum

Sekali lagi bahwa hukum menerapkan kaidah tajwid dalam bacaan Alquran itu adalah fardhu ain, sehingga setiap yang membaca Alquran harus menerapkan kaidah tajwid dalam bacaannya. Yang menjadi landasannya adalah Alquran, hadits dan ijma’ ulama.

  1. Alquran [Surah al-Muzzammil : 4]

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

dan baca lah Alquran dengan tartil”. Yaitu bacalah dengan tajwid.

Diriwayatkan bahwa sahabat Ali –radhiyallahu anhu– menafsirkan ayat tersebut dengan “memperbagus pengucapan huruf dan mengetahui tempat berhenti (waqaf)”.

Redaksi ayat ini berbentuk perintah, sehingga para ulama menyimpulkan bahwa membaca Alquran harus dengan tajwid.

  1. Hadits

Hadits yang menunjukan kewajiban membaca Alquran dengan tajwid sangat lah banyak, diantaranya hadits riwayat Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud berkata:

إِنَّ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَأْمُرُكُمْ أَن يَقْرَأَ كُلُّ رَجُلٍ مِنْكُمْ كَمَا عُلِّمَ

Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan setiap kalian untuk membaca (Alquran) sebagaimana diajarkan,” (HR. al-Hakim dengan sanad yang shahih).

Rasulullah –shallahu alaihi wa sallam– mengajarkan Alquran kepada sahabatnya dengan tajwid, sebagaimana Rasullullah –shallahu alaihi wa sallam– menerimanya dari malaikat Jibril pun dengan tajwid. Oleh sebab itu, kita pun wajib membaca Alquran dengan tajwid.

  1. Ijma’ Ulama

Tidak ada satu riwayatpun yang menyebutkan bahwa Rasulullah –shallahu alaihi wa sallam-, para sahabat, tabi’in, dan ulama qurra’ membaca Alquran tanpa tajwid. Oleh karena itu para ulama sepakat tidak bolehnya membaca Alquran tanpa tajwid.

Dalam kitab nihayatul qaulil mufid disebutkan bahwa telah terjadi kesepakatan di antara para Ulama tentang wajibnya membaca Alquran dengan tajwid, dari sejak zaman Nabi Muhammad –shallahu alaihi wa sallam– sampai zaman kita sekarang ini. Dalil ijma’ adalah dalil yang paling kuat.

Lahn dalam bacaan Alquran

Lahn dalam bacaan Alquran adalah kesalahan yang dilakukan oleh orang yang membaca Alquran. Kesalahan dalam membaca Alquran dibagi menjadi dua; jaliy (jelas) dan khafiy (samar).

Lahn Jaliy dalam Pengertian Tajwid

Lahn Jaliy dalam pengertian tajwid adalah kesalahan yang terjadi pada lafaz yang bisa merusak makna atau i’rab.

Contoh lahn jaliy:

  • Mengubah harakat tertentu dengan harakat lain.

Seperti mengubah fathah ada kata (أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ) menjadi harakat kasrah (أَنْعَمْتِ) atau harakat dhammah (أَنْعَمْتُ). Perubahan seperti ini bisa merusak makna dan i’rab.

  • Memberi harakat pada huruf yang seharusnya dibaca sukun. Misal:

Membaca dhammah pada dal yang disukun pada kata (لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ). Atau membaca sukun pada huruf yang seharusnya berharakat. Misal: membaca sukun pada fa’ (كُفُوًا أَحَدٌ), padahal fa’ berharakat dhammah.

  • Mengganti huruf tertentu dengan huruf lainnya. Misal:

Mengubah tsa’ (فَكَثَّرَكُمْ) menjadi sin (فَكَسَّرَكُمْ). Atau shad (عَصَى) berubah menjadi sin (عَسَى) karena kurang sifat isti’la’ sehingga tidak tebal (tafkhim).  

  • Menambah atau mengurangi huruf. Misal:

Menambah huruf mad yang seharusnya tidak ada huruf mad (mengubah huruf pendek menjadi panjang); (إِيَّاكَ نَعْبُدُ) dibaca (إِيَّاكَ نَعْبُدُوْ). Atau mengurangi huruf mad, sehingga bacaan (وَلَا أَنْتُمْ) berubah menjadi pendek (وَلَأَنْتُمْ)

Hukum Lahn Jaliy

Semua ulama sepakat bahwa siapa pun yang sengaja melakukan kesalahan jaliy ketika membaca Alquran, dia berdosa karena terjatuh pada sesuatu yang diharamkam. Tetapi jika tidak sengaja atau lupa, tidak berdosa.

Jika tidak tahu hukumnya tetapi tidak mau belajar, maka dia berdosa karena mengabaikan hal ini. Tetapi jika tidak tahu hukumnya dan sedang dalam proses belajar lalu terjatuh pada kesalahan ini, maka dapat dimaklumi.

Lahn Khafiy dalam Pengertian Tajwid

Lahn khafiy menurut definisi tajwid adalah kesalahan yang terjadi pada lafaz yang bisa merusak kesempurnaan sifatnya, tetapi tidak sampai keluar dari koridor.  Seperti tidak membaca idzhar di tempat yang seharusnya dibaca idzhar, begitu juga dengan idgham dan ikhfa’, kemudian tebal dan tipis pada huruf ra’ dan lain sebagainya

Hukum Lahn Khafiy

Terdapat perbedaan ulama berkaitan dengan hukum membaca Alquran dengan lahn khafiy ini. Sebagian berpendapat haram seperti haramnya lahn jaliy. Sebagian lagi berpendapat, hukumnya makruh.

Dalam kitab nihayatul qaulil mufid disebutkan bahwa tidak diperbolehkan perubahan-perubahan semacam ini secara keseluruhan (lahn jaliy atau khafiy) meskipun tidak sampai merusak makna, akan tetapi bisa merusak keindahan bacaan Alquran.

Demikian pembahasan berkenaan dengan ilmu tajwid, dimulai dari pengertian tajwid, hukum menerapkan ilmu tajwid hingga kesalahan yang harus dihindari ketika membaca Alquran.

Semoga tulisan tentang pengertian tajwid ini menyadarkan kita akan pentingnya menerapkan kaidah tajwid dalam bacaan Alquran kita… wallahu a’lam bish shawab.

Pembahasan makhraj bisa baca di : Makhraj Huruf Hijaiyah; Hal yang Harus Dikuasai Pembaca Alquran

Referensi:

  • Taisirur Rahman fii Tajwiidil Quran
  • Nihayatul Qaulil Mufid
  • Hilyatut Tilawah fii Tajwiidil Quran
hamzah washal

Hamzah Washal: Pembahasan yang Sedikit Rumit

hamzah washal

Hamzah Washal – Dalam Bahasa Arab, ada sebuah kaidah yang menyatakan bahwa ucapan dalam Bahasa Arab tidak dimulai dengan sukun dan tidak diakhiri dengan harakat.

Sehingga berdasarkan kaidah ini, ucapan atau kata dalam Bahasa Arab itu selalu didahului dengan huruf berharakat dan di akhiri dengan huruf yang disukun.

Oleh karena itu, tidak mungkin ucapan dalam Bahasa Arab didahului dengan sukun, karena tidak akan mungkin bisa diucapkan.

Maka, apabila ada suatu kata yang didahului dengan sukun, akan diberi huruf tambahan yaitu hamzah yang disebut dengan hamzah washal.

Pengertian Hamzah Washal

Hamzah Washal adalah “hamzah yang terletak di awal kata (hamzah washal berbentuk alif) tidak dibaca jika didahului kata atau huruf lain dan dibaca jika diawali dengan kata tersebut”.

Contoh:

hamzah washal

Keterangan:

Yang diberi warna merah adalah hamzah washal, sedangkan yang diberi warna hijau adalah tanda sukun.

Apabila hamzal washal tidak didahului huruf atau kata lain, hamzah washal dibaca. Sehingga kata sebelah kanan dibaca; Alquran

Sedangkah hamzah washal pada kata sebelahnya tidak dibaca, karena didahului huruf wau.

Catatan:

Dalam mushaf Alquran standar Madinah, hamzah washal diberi tanda kepala shad. Bagi yang belum terbiasa menggunakan Alquran standar Madinah, akan mengira itu adalah dhammah.

Sedangkan dalam Alquran Standar Indonesia tidak diberi tanda apapun.

Sebab Penamaan

Sebagaimana disebutkan di awal bahwa hamzah washal adalah hamzah tambahan.

Dan disebut sebagai hamzah washal karena hamzah ini adalah hamzah penghubung agar sukun yang terdapat di awal kata bisa diucapkan.

Karena tanpa hamzah washal, suatu kata yang didahului sukun tidak akan bisa diucapkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam kaidah, yang intinya adalah suatu kata yang didahului sukun tidak akan bisa diucapkan.

Oleh karena itu, dibutuhkan huruf tambahan sebagai penghubung, yaitu huruf hamzah yang disebut dengan hamzah washal.

Letak Hamzah Washal

Hamzah washal terdapat pada:

Fi’il (kata kerja), yaitu kata kerja bentuk lampau [fi’il madzi]. Contoh:

{وَإِذِ ٱسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ}

dan kata kerja perintah [fi’il amr] . Contoh:

{ٱذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ}

isim (kata benda). Contoh:

{وَمَا كَانَ ٱسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لأَبِيهِ}

Harf (huruf). Hamzah washal yang terdapat pada huruf hanya ada pada “lam ta’rif”. Contoh:

{وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ دَائِبَيْنِ}

Catatan:

Hamzah washal selalu terletak di awal kata [bukan di tengah atau di akhir].

Cara Membaca Hamzah Washal

Sebagaimana yang sudah disebutkan di awal, bahwa hamzah washal tidak dibaca jika didahului huruf atau kata yang lain. Dan hamzah dibaca jika didahului dengan kata tersebut.

Yang perlu pembaca ketahui adalah hamzah washal tidak diberi harakat pada Mushaf Standar Madinah dan agak sulit membaca hamzah washal karena dibaca dengan harakat yang berbeda-beda.

Berikut cara membaca hamzah washal:

Selalu dibaca fathah jika terdapat pada huruf. Contoh:

{ اَلشَّمْسَ، اَلْقَمَرَ }

 Selalu di baca dhammah pada fi’il (kata kerja) yang huruf ketiganya adalah dhammah. Contoh:

{ٱدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ} dibaca {اُدْعُ}

Dan sisanya dibaca kasrah [pada isim dan pada fi’il (kata kerja) yang huruf ketiganya bukan dhammah). Contoh:

Fi’il (kata kerja) yang huruf ketiganya bukan dhammah

{ اِسْتَسْقَى }

{اِذْهَبْ }

isim (kata benda

{ اِسْتِغْفَارُ }

Cara Membaca Tanwin Bertemu Hamzah Washal

Apabila ada tanwin bertemu dengan hamzah washal, tanwin diubah menjadi nun yang dibaca kasrah.

{ خَيْراً ٱلْوَصِيَّةُ } dibaca { خَيْرَ نِ ٱلْوَصِيَّةُ }

{ قَرْيَةٍ ٱسْتَطْعَمَا } dibaca { قَرْيَةِ نِ  ٱسْتَطْعَمَا }

Hamzah Qatha

Yaitu hamzah yang selalu dibaca, baik didahului dengan kata atau huruf lain, maupun dimulai dari kata tersebut. Contoh:

{وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي}

{إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَٱشْهَدُواْ أَنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ (54) مِن دُونِهِ}

Catatan:

Hamzah qatha tidak selalu terletak di awal kata, terkadang di tengah dan terkadang pula di akhir.

Letak Hamzah Qatha Pada Suatu Kata

Berbeda dengan hamzah washal yang selalu berada di awal, hamzah qatha bisa terletak di awal, tengah atau akhir dari suatu kata.

Terletak di awal kata. Contoh:

{أَعْطَيْنَاكَ} {أُوتُوا}

Terletak di tengah kata. Contoh:

{سُئِلَتْ} {ٱلْمَوْءُودَةُ}

Terletak di akhir kata. Contoh:

{جَاءَ} {قُرُوءٍ}  {يَسْتَهْزِئُ}  {إِنْ نَشَأْ}

Semoga pembahasan hamzah washal dan hamzah qatha ini, bisa menambah pengetahuan pembaca sekalian. Wallahu a’lam

Baca Juga: Mad Badal [Definisi dan Sebab Penamaan Badal]