Belajar tahsin online saat ini berkembang cukup pesat sejak pandemi covid-19 menyebar di berbagai wilayah di Indonesia dan juga dunia. Ini merupakan sebuah tantangan baru bagi dunia pendidikan dan pengajaran, terutama dalam pengajaran Alquran.
Satu sisi, belajar tahsin online merupakan kabar baik, karena semua bisa belajar tanpa terhalang oleh jarak dan itu semua bisa dilakukan di rumah masing-masing. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak belajar membaca Alquran atau memperbaiki bacaan Alquran.
Di sisi lain, sebuah lembaga Alquran dituntut untuk mengakomodasi perubahan ini agar pengajaran Alquran bisa terus berjalan sesuai dengan perkembangan zaman.
Cara belajar tahsin online memang bermacam-macam; bisa melalui youtube, whatsapp dan lain sebagainya, bahkan facebook atau Instagram juga bisa menjadi sarana untuk belajar online.
Namun, itu semua belum lah cukup. Ketika belajar Alquran, baik dari yang dasar (belum bisa membaca Alquran) maupun yang tahsin (perbaikan bacaan Alquran) tetap dibutuhkan guru yang bisa mengontrol dan mengecek langsung bacaan peserta, agar bisa sesegera mungkin dilakukan perbaikan, apabila masih ada bacaan yang salah atau dirasa ada yang masih kurang.
Dan itu tidak bisa dilakukan sekali atau dua kali, tetapi terus dan berkesinambungan meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda sampai guru mengatakan sudah bisa membaca secara mandiri.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas bacaan Alquran agar sesuai dengan yang diajarkan oleh para ulama dan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam-.
Memperbaiki bacaan Alquran memang membutuhkan proses yang tidak sebentar. Apalagi yang sudah bertahun-tahun bacaannya salah, maka akan dibutuhkan waktu yang lama untuk memperbaikinya.
Namun, dengan adanya metode yang tepat dan sistem kurikulum yang tersusun dan tertata dengan baik, maka akan ada pemangkasan waktu meskipun tetap membutuhkan proses (tidak instan). (Proses belajar tahsin bisa online atau offline).
2 Faktor Keberhasilan Belajar Tahsin Online atau Offline
Faktor pertama dalam keberhasilan belajar tahsin Alquran baik online maupun offline adalah guru yang memiliki bacaan yang bagus, bukan bagus suara atau nadanya, tetapi bacaan yang bagus adalah bacaan yang sesuai dengan kaidah tajwid.
Ini merupakan hal yang mendasar. Karena guru adalah unsur terpenting dalam belajar membaca Alquran atau mengaji Alquran.
Kita bisa bayangkan kalau ternyata guru yang mengajar hanya sekedar bisa saja, tetapi bacaannya belum sesuai kaidah tajwid (misalnya pengucapan hurufnya belum tepat (tidak sesuai makhraj dan sifatnya), panjang pendeknya masih salah, hukum nun sukunnya tidak diperhatikan), maka jika ada pengucapan huruf dari yang diajar itu salah tidak akan diperbaiki, ghunnah yang tidak ditahan tidak akan dikoreksi, karena yang mengajar sudah menganggapnya benar, padahal masih bacaan yang salah dan masih perlu perbaikan.
Oleh karena itu, Nubada selektif dalam merekrut guru Alquran, agar nanti yang diajarkan kepada peserta merupakan bacaan yang benar.
Factor kedua agar berhasil dalam belajar dan memperbaiki bacaan Alquran adalah berlatih secara konsisten dan terus menerus.
Setelah mendengar bacaan yang benar, tugas dari orang yang belajar adalah terus mengulang-ulang apa yang didengarnya.
Imam al-Jazari mengatakan: “Saya tidak mengetahui sebab seseorang mencapai tingkatan yang bagus dan benar dalam bacaan Alquran, kecuali dengan melatih lisan dan mengulang-ulang lafaz yang dicontohkan oleh guru yang bagus bacaannya”.
Oleh karena itu, memiliki guru yang berkualitas belum lah cukup untuk membuat bacaan kita menjadi bagus. Karena faktor kedua keberhasilan dalam belajar membaca Alquran adalah diri kita sendiri.
Kita harus mempunyai semangat untuk berlatih dan mengulang-ulang bacaan yang sudah dicontohkan oleh guru kita. Wallahu a’lam bish shawab.
Info tentang bimbingan tahsin offline atau online, klik di sini:
Hamzah Washal – Dalam Bahasa Arab, ada sebuah kaidah yang menyatakan bahwa ucapan dalam Bahasa Arab tidak dimulai dengan sukun dan tidak diakhiri dengan harakat.
Sehingga berdasarkan kaidah ini, ucapan atau kata dalam Bahasa Arab itu selalu didahului dengan huruf berharakat dan di akhiri dengan huruf yang disukun.
Oleh karena itu, tidak mungkin ucapan dalam Bahasa Arab didahului dengan sukun, karena tidak akan mungkin bisa diucapkan.
Maka, apabila ada suatu kata yang didahului dengan sukun, akan diberi huruf tambahan yaitu hamzah yang disebut dengan hamzah washal.
Pengertian Hamzah Washal
Hamzah Washal adalah “hamzah yang terletak di awal kata (hamzah washal berbentuk alif) tidak dibaca jika didahului kata atau huruf lain dan dibaca jika diawali dengan kata tersebut”.
Contoh:
Keterangan:
Yang diberi warna merah adalah hamzah washal, sedangkan yang diberi warna hijau adalah tanda sukun.
Apabila hamzal washal tidak didahului huruf atau kata lain, hamzah washal dibaca. Sehingga kata sebelah kanan dibaca; Alquran
Sedangkah hamzah washal pada kata sebelahnya tidak dibaca, karena didahului huruf wau.
Catatan:
Dalam mushaf Alquran standar Madinah, hamzah washal diberi tanda kepala shad. Bagi yang belum terbiasa menggunakan Alquran standar Madinah, akan mengira itu adalah dhammah.
Sedangkan dalam Alquran Standar Indonesia tidak diberi tanda apapun.
Sebab Penamaan
Sebagaimana disebutkan di awal bahwa hamzah washal adalah hamzah tambahan.
Dan disebut sebagai hamzah washal karena hamzah ini adalah hamzah penghubung agar sukun yang terdapat di awal kata bisa diucapkan.
Karena tanpa hamzah washal, suatu kata yang didahului sukun tidak akan bisa diucapkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam kaidah, yang intinya adalah suatu kata yang didahului sukun tidak akan bisa diucapkan.
Oleh karena itu, dibutuhkan huruf tambahan sebagai penghubung, yaitu huruf hamzah yang disebut dengan hamzah washal.
Letak Hamzah Washal
Hamzah washal terdapat pada:
Fi’il (kata kerja), yaitu kata kerja bentuk lampau [fi’il madzi]. Contoh:
{وَإِذِ ٱسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ}
dan kata kerja perintah [fi’il amr] . Contoh:
{ٱذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ}
isim (kata benda). Contoh:
{وَمَا كَانَ ٱسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لأَبِيهِ}
Harf (huruf). Hamzah washal yang terdapat pada huruf hanya ada pada “lam ta’rif”. Contoh:
Hamzah washal selalu terletak di awal kata [bukan di tengah atau di akhir].
Cara Membaca Hamzah Washal
Sebagaimana yang sudah disebutkan di awal, bahwa hamzah washal tidak dibaca jika didahului huruf atau kata yang lain. Dan hamzah dibaca jika didahului dengan kata tersebut.
Yang perlu pembaca ketahui adalah hamzah washal tidak diberi harakat pada Mushaf Standar Madinah dan agak sulit membaca hamzah washal karena dibaca dengan harakat yang berbeda-beda.
Berikut cara membaca hamzah washal:
Selalu dibaca fathah jika terdapat pada huruf. Contoh:
{ اَلشَّمْسَ، اَلْقَمَرَ }
Selalu di baca dhammah pada fi’il (kata kerja) yang huruf ketiganya adalah dhammah. Contoh:
Hukum nun mati dan tanwin sebenarnya sudah dibahas pada artikel-artikel sebelumnya, hanya saja tidak secara spesifik membahas hukum nun sukun. Namun, pembahasannya masuk pada pembahasan istilah-istilah hukum tajwid, seperti; idzhar, idgham dan ikhfa’.
Sementara pada artikel ini, akan kami khususkan pada pembahasan hukum nun sukun. Sehingga menjadi sebuah rangkuman dari artikel-artikel hukum nun sukun yang tersebar di beberapa artikel yang sudah kami tulis.
Pembagian Hukum Nun Sukun
Hukum nun sukun dan tanwin terbagi menjadi 5 hukum:
1.Idhzar halqi
2. Idgham bi ghunnah
3. Idgham bila ghunnah
4. Iqlab
5. Ikhfa’ haqiqi
Berikut adalah pembahasan dari masing-masing hukum nun sukun:
HUKUM NUN SUKUN DAN TANWIN
IDZHAR HALQI
Pengertian Idzhar Halqi
Idzhar artinya jelas, sedangkan halqi berarti tenggorokan, maksudnya adalah huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan.
Huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan dibagi menjadi 3 bagian:
Hamzah (ء) dan Ha’ (هـ) – keluar dari pangkal tenggorokan
Ha’ (ح) dan Ain (ع) – keluar dari tengah tenggorokan
Kha’ (خ) dan Ghain (غ) – keluar dari ujung tenggorokan
Sedangkan definisi idzhar halqi secara istilah adalah “nun sukun atau tanwin dibaca jelas tanpa tambahan ghunnah [dengung], jika nun sukun atau tanwin bertemu salah satu dari huruf tenggorokan, yaitu (ء, هـ, ح, ع, خ, غ)”.
Atau dalam istilah lain, idzhar halqi adalah apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf tenggorokan, maka nun sukun atau tanwin dibaca jelas.
Catatan:
Bertemunya nun sukun dengan huruf halqi [tenggorokan] bisa di satu kata atau di lain kata.
Sedangkan tanwin yang bertemu dengan huruf tenggorokan sudah pasti di lain kata, karena tanwin selalu terletak di akhir suatu kata.
Sebab idzhar halqi dibaca jelas
Yang menjadi sebab nun sukun atau tanwin dibaca jelas adalah; karena jauhnya jarak antara makhraj huruf nun dengan makhraj huruf halqi.
Makhraj huruf nun ada di ujung lidah dengan langi-langit depan, sedangkan makhraj huruf halqi ada di tenggorokan, sehingga tidak memungkinkan dibaca idgham, ikhfa’ atau iqlab karena tidak ada sebab dibaca dengan bacaan tersebut.
Dengan demikian, tidak ada pilihan lain kecuali kembali ke asal, yaitu dengan dibaca jelas [idzhar].
Contoh idzhar halqi:
Agar semakin jelas dalam memahami konsep hukum nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf halqi, berikut kami berikan contoh bertemunya nun sukun atau tanwin dengan huruf halqi.
Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Hamzah
Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ha’
Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ha’
Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Kha’
Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ain
Nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ghain
HUKUM NUN SUKUN KEDUA
IDGHAM BIGHUNNAH
Pengertian Idgham Bighunnah
Idgham secara bahasa berarti memasukkan. Yaitu memasukkan atau meleburkan huruf sukun ke huruf berikutnya. Bi artinya dengan atau disertai. Sedangkan Ghunnah adalah suara sengau yang keluar dari rongga hidung (khaisyum).
Jadi, idgham bi ghunnah adalah meleburnya nun sukun atau tanwin ke huruf berikutnya, disertai ghunnah (suara sengau) dan ditahan sekitar 2 harakat, apabila setelah nun sukun atau tanwin ada salah satu huruf berikut, yaitu; ya’, nun, mim atau wau. Dibaca yanmu (يَنْمُوْ), agar lebih mudah untuk diingat.
Sebab Idgham Bighunnah
Nun sukun atau tanwin dilebur ke ya’ sebab ada banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, istifal dan infitah.
Ada juga yang menambahkan, karena ya’ memiliki sifat lin dan itu memiliki kemiripan dengan ghunnah (sifat nun) yang keduanya keluar dari rongga.
Nun sukun atau tanwin dilebur ke nun sebab adanya kesamaan huruf (at-tamaatsul)
Nun sukun atau tanwin dilebur ke mim sebab adanya banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, tawassuth, istifal, infitah, dan ghunnah.
Nun sukun atau tanwin dilebur ke wau sebab adanya banyak kesamaan di sifat keduanya (at-tajaanus) seperti jahr, istifal dan infitah.
Ada juga yang menambahkan, karena wau memiliki sifat lin dan itu memiliki kemiripan dengan ghunnah (sifat nun) yang keduanya keluar dari rongga.
Cara Membaca Idgham Bighunnah
Nun sukun atau tanwin dilebur ke huruf berikutnya dengan ditahan sekitar 2 harakat dan disertai ghunnah (suara sengau yang keluar dari hidung).
Contoh Idgham Bighunnah
Agar pembahasan ini dapat difahami dengan baik, maka akan kami lengkapi dengan contoh bacaan idgham bighunnah.
Berikut contoh bacaan idgham bighunnah:
Nun sukun atau tanwin bertemu ya’
Nun sukun atau tanwin bertemu nun
Nun sukun atau tanwin bertemu mim
Nun sukun atau tanwin bertemu wau
HUKUM NUN SUKUN KETIGA
IDGHAM BILA GHUNNAH
Pengertian Idgham Bila Ghunnah
Idgham secara bahasa berarti memasukkan.
Yaitu memasukkan huruf sukun ke huruf berikutnya. Bila artinya tanpa disertai.
Sedangkan Ghunnah adalah suara sengau yang keluar dari rongga hidung (khaisyum).
Jadi, idgham bila ghunnah adalah meleburnya nun sukun atau tanwin ke huruf berikutnya, tanpa disertai ghunnah dan tanpa ditahan, apabila setelah nun sukun atau tanwin, ada salah satu dari huruf lam atau ra’.
Sebab Idgham Bila Ghunnah
Nun sukun atau tanwin dilebur ke lam sebab dekatnya makhraj nun dengan makhraj lam (at-taqaarub).
Nun sukun atau tanwin dilebur ke ra’ sebab dekatnya makhraj nun dengan makhraj ra’ (at-taqaarub).
Cara Membaca Idgham Bila Ghunnah
Nun sukun atau tanwin dilebur ke huruf berikutnya [huruf berikutnya dibaca tasydid] tanpa ditahan dan tanpa disertai ghunnah.
Contoh Idgham Bila Ghunnah
Berikut ini adalah contoh bacaan idgham bila ghunnah.
Nun sukun atau tanwin bertemu lam
Nun sukun atau tanwin bertemu ra’
HUKUM NUN SUKUN KEEMPAT
IQLAB
Pengertian Iqlab
Iqlab secara bahasa artinya mengganti atau mengubah.
Sedangkan menurut istilah tajwid, iqlab adalah “mengganti nun sukun atau tanwin dengan mim sukun dan membacanya dengan diikhfa’kan serta ditahan sekitar dua harakat disertai ghunnah, ketika nun sukun atau tanwin bertemu ba’ ”.
Nun sukun bertemu ba’ (iqlab) bisa terjadi di satu kata atau di lain kata, sedangkan tanwin bertemu ba’, sudah bida dipastikan di lain kata, karena tanwin selalu terletak di akhir setiap kata.
Cara Membaca Iqlab
Setidaknya ada tiga langkah ketika membaca nun sukun atau tanwin bertemu ba’ (iqlab):
1. Nun sukun atau tanwin diubah menjadi mim sukun terlebih dahulu
2. Membaca mim sukun dengan samar (ikhfa’ syafawi), dengan cara bibir atas menyentuh bibir bawah tanpa ditekan.
3. Ditahan sekitar 2 harakat disertai ghunnah (dengung)
Contoh Iqlab Pada Hukum Nun Mati
Contoh bacaan nun sukun bertemu ba’ (iqlab) ditandai dengan mim kecil di atas nun. Berikut contoh bacaan iqlab:
Nun sukun atau tanwin bertemu ba’ di lain kata
Nun sukun bertemu ba’ di satu kata
HUKUM NUN SUKUN KELIMA
IKHFA’ HAQIQI
Pengertian Ikhfa’ Haqiqi
Secara bahasa ikhfa berarti menutup atau menyembunyikan.
Sedangkan secara istilah, ikhfa adalah “mengucapkan huruf sukun antara idzhar dan idgham, tanpa tasydid pada huruf kedua dan tidak menghilangkan ghunnah pada huruf pertama (nun sukun atau tanwin) ”.
Yang dimaksud “antara idzhar dan idgham” adalah;
Jika idzhar, posisi ujung lidah menekan langit-langit depan (makhraj nun) dan jika idgham, makhraj nun hilang dan lansung ke makhraj huruf berikutnya
Sedangkan posisi ujung lidah saat ikhfa tidak menekan langit-langit depan.
Ini lah yang dimaksud dengan “antara idzhar dan idgham”. Tidak masuk idzhar karena ujung lidah tidak menekan langit-langit depan dan tidak masuk idgham karena makhrajnya tidak lebur ke huruf berikutnya.
Dengan demikian, pengertian ikhfa’ haqiqi adalah membaca nun sukun atau tanwin dengan samar (antara idzhar dan idgham) dan disertai ghunnah, jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu 15 huruf ikhfa’.
Huruf Ikhfa’ Haqiqi
Huruf ikhfa haqiqi adalah huruf yan tidak termasuk huruf idzhar, idgham (bi ghunnah dan bila ghunnah) maupun iqlab.
Semua huruf ikhfa’ berjumlah 15 huruf. Berikut huruf-huruf ikhfa’ haqiqi:
ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
Jika ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf tersebut di atas, maka dibaca ikhfa’ haqiqi. Baik bertemunya di satu kata atau pun di lain kata.
Sebab Dinamakan Ikhfa’ Haqiqi
Dinamakan ikhfa karena nun sukun atau tanwin dibaca samar jika bertemu dengan salah satu dari 15 huruf di atas.
Dan dinamakan haqiqi, karena mutahaqqaq (terjadi) pada nun sukun atau tanwin lebih banyak di banding dengan selain keduanya (nun sukun dan tanwin). (kitab hidayatul qari)
Ada juga yang mengatakan bahwa sebab dinamakan haqiqi karena hilangnya hakikat asli huruf nun ketika ikhfa dan yang tersisa hanya ghunnah-nya saja. (kitab taisirur rahman fi tajwidil quran)
Contoh Ikhfa’ Haqiqi
Perlu pembaca ketahui bahwa mushaf yang kami gunakan untuk menampilkan contoh bacaan adalah mushaf rasm Utsmani standar Madinah yang tentu memiliki beberapa perbedaan tanda baca dengan mushaf standar Indonesia.
Jika standar Madinah, nun sukun yang dibaca ikhfa’ tidak diberi tanda sukun. Berikut adalah contoh-contoh bacaan ikhfa haqiqi, baik di satu kata maupun di dua kata: